2. Merasa sudah meninggal
Ini adalah gejala paling khas, dimana penderita berbicara seolah ia bukan bagian dari dunia hidup.
3. Penurunan kemampuan merawat diri
Karena meyakini dirinya sudah “tidak ada”, penderita sering berhenti makan, mandi, atau beraktivitas.
4. Perubahan emosional ekstrem
Kecemasan tinggi, depresi yang sangat dalam, perasaan kosong, atau kehilangan minat pada lingkungan.
5. Gangguan persepsi realita
Beberapa penderita merasa tubuhnya tembus cahaya, tidak memiliki berat, atau tidak memerlukan makanan.
Baca Juga: Hypertrichosis: Kondisi Pertumbuhan Rambut Berlebihan yang Masih Menjadi Misteri Medis
Apakah Cotard Syndrome Berbahaya?
Kondisi ini dapat berbahaya karena beberapa penderita berhenti makan atau minum, berpikir bahwa mereka tidak membutuhkan nutrisi. Selain itu, risiko bunuh diri meningkat, bukan karena ingin mati, tetapi karena yakin dirinya sudah mati dan berusaha “menyelesaikan prosesnya”.
Karena itu, pengawasan medis sangat penting.
Bagaimana Bentuk Penanganannya?
Perawatan Cotard Syndrome tidak satu bentuk, tetapi disesuaikan dengan kondisi dasar setiap pasien. Terapi yang sering digunakan meliputi:
1. Obat-obatan
Dokter dapat memberikan antidepresan, antipsikotik, atau mood stabilizer tergantung penyebabnya.
2. Terapi Psikologis
Pendekatan kognitif membantu mengembalikan persepsi diri dan mengurangi delusi.
3. Penanganan penyakit dasar
Jika Cotard muncul akibat depresi berat, maka pengobatan fokus pada depresinya terlebih dahulu.
4. Electroconvulsive Therapy (ECT)
Beberapa kasus menunjukkan respons baik dengan ECT, terutama yang disertai depresi berat.
Bisakah Cotard Syndrome Sembuh?
Dengan terapi yang tepat, banyak pasien menunjukkan perbaikan signifikan. Namun, prosesnya membutuhkan waktu dan kerja sama antara pasien, keluarga, serta tenaga kesehatan. Deteksi dini sangat membantu keberhasilan penanganan.
Baca Juga: Fibrodysplasia Ossificans Progressiva (FOP): Ketika Jaringan Lunak Berubah Menjadi Tulang
Cotard Syndrome merupakan gangguan langka yang memengaruhi persepsi seseorang terhadap keberadaan dirinya.
Artikel Terkait
7 Tanda Awal Penyakit Serius yang Sering Dianggap “Capek Biasa"
Fibrodysplasia Ossificans Progressiva (FOP): Ketika Jaringan Lunak Berubah Menjadi Tulang
Hypertrichosis: Kondisi Pertumbuhan Rambut Berlebihan yang Masih Menjadi Misteri Medis
Kuru Disease: Gangguan Neurodegeneratif Langka yang Dikenal di Papua Nugini
Aquagenic Urticaria: Reaksi Alergi yang Terjadi Saat Kulit Bersentuhan dengan Air