Trichotilomania: Suka Cabut Rambut Sendiri Sampe Botak, Emang Ada?

Selain itu, penderita trichotilomania mungkin juga merasa tegang sebelum mencabut rambut dan merasakan kepuasan setelahnya.

Namun, perasaan positif ini biasanya bersifat sementara dan diikuti oleh penyesalan.

Trichotilomania juga bisa berdampak besar pada kehidupan sehari-hari.

Penderita mungkin merasa malu dengan kondisi mereka dan berusaha keras untuk menyembunyikan kerontokan rambut dengan memakai wig, menata rambut dengan cara tertentu, atau bahkan menghindari aktivitas sosial.

Kondisi ini juga bisa menyebabkan masalah emosional seperti depresi, kecemasan, dan penurunan harga diri.

Faktor Risiko dan Penyebab Trichotilomania

Penyebab trichotilomania tidak sepenuhnya dipahami, tetapi diyakini bahwa faktor genetik dan lingkungan memainkan peran penting.

Jika ada anggota keluarga yang memiliki gangguan ini, risiko Anda untuk mengalaminya bisa meningkat.

Baca Juga: Kenali Penyebab Rambut Rontok Berlebihan yang Menyebabkan Kebotakan, dan cara Mengatasi yang Efektif

Selain itu, kondisi kesehatan mental lain seperti depresi atau gangguan kecemasan juga bisa berkontribusi terhadap trichotilomania.

Usia juga merupakan faktor risiko. Trichotilomania sering kali muncul pada masa remaja, terutama antara usia 10 hingga 13 tahun.

Namun, dalam beberapa kasus, kondisi ini bisa bertahan hingga dewasa jika tidak ditangani dengan tepat.

Bagaimana Mengatasi Trichotilomania?

Meskipun trichotilomania adalah gangguan jangka panjang, ada berbagai metode yang dapat membantu penderita mengelola dorongan untuk mencabut rambut.

Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah salah satu pendekatan yang sering digunakan. Terapi ini membantu penderita mengenali pola pikir dan perilaku yang memicu pencabutan rambut, serta mengembangkan strategi untuk mengatasinya.