• Senin, 22 Desember 2025

Mengenal Sarkopenia: Penurunan Otot di Usia 30 Tahun, Simak Penyebab, Gejala dan Cara Pencegahannya

Photo Author
- Rabu, 10 Januari 2024 | 19:03 WIB
Ilustrasi Sarkopenia penurunan massa otot pada lansia (freepik/freepik)
Ilustrasi Sarkopenia penurunan massa otot pada lansia (freepik/freepik)

SURATDOKTER.com - Sarkopenia adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan massa otot secara progresif.

Kondisi ini dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada lansia.

Sarkopenia dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti penurunan kekuatan dan fungsi otot, peningkatan risiko cedera, dan penurunan kualitas hidup.

Penyebab Sarkopenia

Penyebab sarkopenia yang paling umum adalah penuaan. Sarkopenia lebih sering terjadi pada lansia karena penurunan hormon anabolik, seperti testosteron dan hormon pertumbuhan. Hal ini menyebabkan otot menjadi lebih kecil dan lemah.

Selain penuaan, sarkopenia juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain, seperti:

  • Insulin: Penelitian menunjukkan bahwa kadar insulin yang tinggi dapat meningkatkan risiko sarkopenia.
  • Olahraga : Kurang aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko sarkopenia.
  • Berat badan: Obesitas dan malnutrisi dapat meningkatkan risiko sarkopenia.
  • Penyakit kronis: Beberapa penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker, dapat meningkatkan risiko sarkopenia.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu
  • Malnutrisi

Gejala Sarkopenia

Gejala sarkopenia dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahannya. Gejala awal sarkopenia mungkin tidak terlihat, tetapi gejala yang lebih lanjut dapat meliputi:

  • Penurunan massa otot
  • Penurunan kekuatan otot
  • Penurunan fungsi otot
  • Kelelahan
  • Kurang percaya diri
  • Risiko cedera meningkat
  • Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, naik tangga, mengangkat benda, dan sulit dari kursi

Diagnosis Sarkopenia

Baca Juga: Mengenal Demensia: Penyakit yang Menyerang Lansia, Penyebab, Gejala, dan Cara Pengobatan

Diagnosis sarkopenia dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan pengukuran massa otot.

Pemeriksaan massa otot dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti bioimpedansi, dual-energy X-ray absorptiometry (DXA), dan magnetic resonance imaging (MRI).

Pengobatan Sarkopenia

Pengobatan sarkopenia bertujuan untuk meningkatkan massa dan kekuatan otot. Pengobatan yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Aktivitas fisik
  • Diet tinggi protein
  • Terapi obat-obatan, seperti anabolik steroid dan hormon pertumbuhan

Cara Mengatasi Sarkopenia

Sampai saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan sarkopenia. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi sarkopenia, yaitu:

  1. Latihan ketahanan

Latihan ketahanan, seperti angkat beban, adalah pengobatan lini pertama untuk sarkopenia. Latihan ini dapat membantu membangun dan mempertahankan massa otot. Latihan ketahanan sebaiknya dilakukan secara rutin, setidaknya dua kali seminggu.

  1. Asupan protein yang cukup

Protein penting untuk membangun dan memelihara massa otot. Orang dewasa yang berisiko atau mengalami sarkopenia disarankan untuk mengonsumsi 1,2-2,0 gram protein per kilogram berat badan per hari. Protein dapat diperoleh dari berbagai sumber makanan, seperti daging, ikan, telur, susu, dan kacang-kacangan.

  1. Manajemen penyakit kronis

Jika Anda memiliki penyakit kronis, penting untuk mengelola penyakit tersebut dengan baik. Beberapa penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker, dapat meningkatkan risiko sarkopenia.

  1. Konsultasi dengan dokter

Jika Anda mencurigai mengalami sarkopenia, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Dokter dapat membantu Anda menentukan apakah Anda mengalami sarkopenia dan memberikan rekomendasi pengobatan yang tepat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Mahfida Ustadhatul Umma

Sumber: Hasil Riset Tim SuratDokter

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Bagaimana Sakit Maag Biasa Bisa Berkembang Menjadi GERD?

Minggu, 30 November 2025 | 21:40 WIB

Terpopuler

X