SURATDOKTER.com - Mendonorkan darah merupakan tindakan yang mulia karena dapat membantu menyelamatkan nyawa orang lain.
Namun, sebelum melakukannya, penting untuk memahami risiko serta efek samping yang mungkin terjadi.
Meskipun sebagian besar pendonor tidak mengalami masalah, ada beberapa reaksi yang bisa muncul selama atau setelah proses donor darah.
Risiko ini dapat bervariasi tergantung pada faktor seperti jenis kelamin, usia, serta jenis donor yang dilakukan, baik itu darah, plasma, atau trombosit.
Faktor yang Mempengaruhi Risiko
Beberapa kelompok pendonor memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami reaksi tertentu. Misalnya, mereka yang lebih muda, baru pertama kali mendonorkan darah, atau masih tergolong pendonor pemula cenderung lebih rentan mengalami efek samping.
Selain itu, wanita juga memiliki risiko yang sedikit lebih besar dibandingkan pria.
Jenis donor yang dilakukan juga dapat mempengaruhi tingkat risiko. Donasi plasma dan trombosit cenderung memiliki kemungkinan lebih tinggi menimbulkan efek samping dibandingkan donor darah biasa.
Hal ini disebabkan oleh proses yang lebih lama serta adanya pengembalian sel darah merah ke dalam tubuh bersama dengan larutan garam yang digunakan untuk menggantikan cairan yang hilang.
Baca Juga: Coba Donor Darah Pertama Kali, Cinta Laura Jadi Tahu Dirinya Memiliki Golongan Darah Langka
Reaksi yang Mungkin Terjadi Saat Donor Darah
Salah satu reaksi paling umum yang dialami oleh pendonor adalah perasaan ingin pingsan. Gejala yang menyertainya bisa berupa pusing, mual, keringat dingin, serta sensasi tubuh terasa ringan.
Reaksi ini dapat muncul selama proses donor, setelah selesai, atau bahkan ketika sudah meninggalkan tempat donor. Meskipun jarang, dalam beberapa kasus pendonor bisa benar-benar pingsan dan berisiko mengalami cedera akibat jatuh.
Selain itu, memar kecil di area bekas suntikan juga merupakan efek samping yang cukup sering terjadi. Biasanya, memar ini akan hilang dalam beberapa hari. Namun, pada beberapa kasus, memar yang lebih besar bisa muncul dan menimbulkan rasa tidak nyaman selama beberapa hari hingga beberapa minggu.
Saat mendonorkan plasma atau trombosit, sitrat digunakan untuk mencegah darah membeku selama proses pengambilan.
Sejumlah kecil sitrat ini akan dikembalikan ke tubuh bersama sel darah merah. Sebagian pendonor mungkin mengalami sensitivitas terhadap zat ini, yang ditandai dengan rasa kesemutan di bibir atau lidah, sensasi menggigil, atau rasa logam di mulut.
Artikel Terkait
Apakah Donor Darah Ketika Berpuasa Diperbolehkan? Berikut Penjelasannya!
Kenali Manfaat Donor Darah bagi Kesehatan
Benarkah Donor Darah Tak untuk Semua Orang ? Cek Fakta Lengkapnya Berikut!
Peringati HDDS 2024, Ratusan Orang Ikut Donor Darah di Ibu Kota: Ini Syarat Pendonor Penting untuk Dipenuhi
Coba Donor Darah Pertama Kali, Cinta Laura Jadi Tahu Dirinya Memiliki Golongan Darah Langka