SURATDOKTER.com - Coba jujur pada diri sendiri, berapa kali tangan anda refleks meraih ponsel hari ini, tanpa alasan jelas? Mungkin sekadar mengecek notifikasi yang tidak ada, scroll tanpa arah, atau membuka aplikasi yang sama berulang-ulang.
Kita semua melakukannya. Tapi tahukah anda, kebiasaan kecil ini ternyata punya efek besar pada kebahagiaan dan kesehatan mental kita?
Ilmuwan menyebutnya sebagai kecanduan HP, dan efeknya bukan cuma soal mata lelah atau kuota habis. Yang jauh lebih mengkhawatirkan adalah bagaimana gawai mungil ini secara perlahan mencuri dopamin otak kita, mempermainkan emosi, dan menciptakan ketergantungan yang bisa bikin kita makin sulit merasa puas, apalagi bahagia.
Baca Juga: Kini Ilmuwan Menemukan Bahan yang Dapat Mengubah Stress Menjadi Listrik
Dopamin: Si Hormon Bahagia yang Kini Dikuasai Gadget
Dopamin adalah zat kimia yang bertanggung jawab atas rasa senang, puas, dan termotivasi dalam otak manusia. Tapi kabar buruknya, HP pintar telah jadi alat pemicu dopamin yang terlalu mudah.
Notifikasi, likes, komentar, pesan masuk, semuanya seperti “permen” bagi otak, menyuplai dopamin dalam dosis kecil tapi terus-menerus.
Studi yang dilakukan oleh Harvard Medical School menunjukkan bahwa saat kita mendapatkan notifikasi atau pesan, otak mengeluarkan dopamin serupa dengan saat kita mendapat pujian atau hadiah.
Ini menjelaskan kenapa kita merasa terdorong untuk terus mengecek HP, walau tidak ada yang penting. Otak kita sudah terprogram untuk mencari ledakan kecil dopamin ini, mirip dengan pola kecanduan narkoba ringan.
Kecanduan yang Tak Terlihat, Tapi Sangat Nyata
Berbeda dengan kecanduan alkohol atau rokok, kecanduan HP tidak memiliki gejala fisik yang jelas. Tapi dampaknya bisa lebih luas dan merusak, terutama pada kesehatan mental.
Sebuah riset dari University of Gothenburg di Swedia menyatakan bahwa penggunaan smartphone yang berlebihan berhubungan langsung dengan meningkatnya tingkat stres, kecemasan, dan depresi.
Bahkan, para ilmuwan menemukan bahwa orang yang menggunakan HP lebih dari 5 jam sehari memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan suasana hati (mood disorders).
Masalahnya, kecanduan ini datang secara halus dan membaur dalam rutinitas. Kita merasa perlu melihat HP, padahal sebenarnya kita hanya terjebak dalam pola candu yang dibentuk algoritma.
Terhubung dengan Semua Orang, Tapi Merasa Kesepian
Ironisnya, semakin sering kita berada di dunia digital, semakin besar kemungkinan kita merasa kesepian di dunia nyata. Penelitian yang dilakukan oleh University of Pennsylvania menemukan bahwa mahasiswa yang membatasi penggunaan media sosial hanya 30 menit per hari merasa lebih bahagia, tidak terlalu kesepian, dan mengalami penurunan gejala depresi secara signifikan.
Artikel Terkait
Cara Mengatasi Anak Tantrum Karena Kecanduan Hp, Salah Satunya dengan Mengajak Beraktivitas di Luar Rumah