• Senin, 22 Desember 2025

Fenomena “Sleep Syncing”: Tren Tidur Baru yang Bikin Tubuh Lebih Sehat?

Photo Author
- Kamis, 10 April 2025 | 19:00 WIB
Sleep syncing  (Widhy Lutfiah Marha )
Sleep syncing (Widhy Lutfiah Marha )

Tidur itu gampang? Coba tanyakan pada jutaan orang yang tiap malam terkapar di ranjang, memandangi langit-langit, sambil berpikir, “Kenapa gue belum ngantuk juga, ya?”

Masalah tidur sudah jadi keluhan massal zaman modern, mulai dari insomnia, sulit bangun pagi, sampai lelah terus meski sudah tidur 8 jam.

Dan ketika kita sudah kehabisan akal, muncullah tren baru: sleep syncing. Katanya, ini kunci tubuh sehat tanpa harus minum suplemen atau olahraga berat. Tapi apakah ini sekadar tren TikTok, atau ada sains serius di baliknya?

Baca Juga: Trend Menutup Mulut Saat Tidur Dengan Sebuah Lakban Ternyata Bisa Berbahaya Bagi Kesehatan

Sleep Syncing, Apa Sih Maksudnya?

Sleep syncing secara sederhana berarti menyesuaikan jam tidur dan bangun dengan ritme alami tubuh, atau yang dikenal dengan ritme sirkadian. Intinya: tidur saat tubuh memang "diprogram" untuk tidur, dan bangun saat tubuh secara alami siap bangun.

Kedengarannya sepele, tapi ini bukan soal disiplin waktu semata. Ini tentang menyinkronkan diri dengan jam biologis yang sudah tertanam sejak kita lahir, bahkan sejak zaman manusia berburu.

Dulu, manusia bangun saat matahari terbit, tidur saat matahari tenggelam. Sekarang? Kita tidur setelah scroll TikTok 2 jam, di ruangan terang benderang, lalu bangun mendadak karena alarm, merasa kayak ditabrak truk.

Sleep syncing mencoba mengembalikan keseimbangan itu, dan klaimnya: tubuh jadi lebih segar, berat badan stabil, mood membaik, bahkan produktivitas meningkat.

Apakah Ada Bukti Ilmiahnya?

Ternyata, ritme sirkadian ini bukan isapan jempol. Tubuh manusia memang punya “jam internal” yang mengatur hormon tidur (melatonin), suhu tubuh, tekanan darah, hingga metabolisme.

Penelitian menunjukkan bahwa ketika jam biologis ini terganggu misalnya tidur larut malam atau bangun tak menentu risikonya bisa serius: obesitas, diabetes, hingga penyakit jantung.

Sebuah studi di Harvard menyatakan bahwa pekerja shift malam, yang jam tidurnya tak selaras dengan ritme sirkadian, memiliki risiko lebih tinggi terkena berbagai penyakit kronis. Jadi, ketika sleep syncing mencoba mengembalikan “keselarasan” itu, sebenarnya ada fondasi sains kuat di belakangnya.

Baca Juga: Pakar Mengatakan Menggunakan Kaos Kaki Akan Meningkatkan Kualitas Tidur

Tidur Teratur Itu Sulit, Sleep Syncing Bisa Bantu?

Banyak orang merasa sudah tidur cukup jam, tapi tetap lelah. Nah, sleep syncing menekankan konsistensi waktu tidur dan bangun di jam yang sama tiap hari, termasuk akhir pekan. Tubuh, katanya, butuh ritme, bukan hanya durasi.

Contohnya begini: dua orang sama-sama tidur 7 jam, tapi yang satu tidurnya konsisten jam 10 malam – 5 pagi, yang lain tidur jam 1 malam – 8 pagi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tia mardwi

Sumber: Riset Penulis

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Terpopuler

X