Sebagian melakukannya untuk membangun komunitas positif, saling menyemangati, atau mendokumentasikan progres latihan mereka.
Kuncinya ada pada niat di balik postingan. Jika seseorang merasa termotivasi tanpa terobsesi dengan jumlah likes, maka kebiasaan itu tetap sehat.
Namun jika setiap foto atau video latihan menjadi sumber stres, kekecewaan, atau rasa tidak aman, maka ini menjadi sinyal bahwa keseimbangan emosional mulai terganggu.
Cara Menjaga Kesehatan Mental Saat Aktif di Dunia Fitness Digital
-
Latih kesadaran diri (self-awareness).
Sebelum memposting, tanyakan pada diri sendiri: apakah ini untuk berbagi semangat atau mencari pengakuan? -
Nikmati proses tanpa pembanding.
Fokus pada perkembangan fisik dan mental diri sendiri, bukan validasi orang lain. -
Batasi waktu online.
Kurangi kebiasaan mengecek notifikasi. Istirahat digital (digital detox) bisa membantu menjaga kestabilan emosi. -
Temukan komunitas yang suportif.
Gabung dengan kelompok olahraga yang menekankan kebugaran, bukan penampilan. -
Konsultasikan bila mulai merasa tertekan.
Jika mulai muncul perasaan cemas atau minder karena media sosial, berkonsultasilah dengan psikolog agar bisa mendapat panduan profesional.
Baca Juga: Peluru yang Mengubah Hidup: Kisah Pria dengan OCD yang Tak Sengaja “Sembuh” Setelah Cedera Otak
Olahraga untuk Kesehatan, Bukan Pengakuan
Olahraga adalah bentuk cinta pada tubuh, tetapi media sosial bisa mengubah maknanya jika tidak digunakan dengan bijak.
Kebiasaan membagikan aktivitas fitness seharusnya menjadi sarana inspirasi, bukan sumber tekanan sosial.
Yang terpenting, jangan biarkan “likes” menggantikan nilai diri yang sejati.
Tubuh sehat adalah hasil dari konsistensi dan keseimbangan — bukan dari kamera, filter, atau komentar orang lain.***