SURATDOKTER.com - Minat remaja terhadap investasi kripto kian meningkat seiring perkembangan teknologi. Cryptocurrency atau mata uang digital dianggap sebagian orang sebagai masa depan keuangan global.
Namun, di balik potensi tersebut, terdapat risiko besar yang harus dipahami, mulai dari volatilitas harga hingga ancaman keamanan digital.
Apa Itu Kripto dan Mengapa Diminati Remaja?
Cryptocurrency adalah aset digital yang diperdagangkan di jaringan blockchain, tanpa campur tangan bank sentral atau pemerintah. Jenis yang paling populer antara lain Bitcoin, Ethereum, dan Dogecoin. Nilainya fluktuatif karena hanya ditentukan oleh mekanisme pasar, bukan jaminan institusi resmi.
Bagi remaja, kripto menawarkan daya tarik berupa kebebasan, inovasi, dan peluang keuntungan yang cepat. Ditambah lagi, media sosial kerap kali menampilkan kisah sukses investor muda yang kaya mendadak berkat kripto. Faktor ini membuat rasa ingin tahu mereka semakin besar.
Cara Remaja Bisa Berinvestasi Kripto
Secara umum, hampir semua bursa kripto seperti Binance atau Coinbase mensyaratkan usia minimal 18 tahun. Meski begitu, ada dua jalur lain yang bisa ditempuh di bawah pengawasan orang tua:
- Akun kustodian – orang tua membuka rekening investasi atas nama anak. Contohnya platform EarlyBird, yang memungkinkan investasi pada Bitcoin atau Ethereum selain instrumen lain seperti reksa dana.
- Bursa terdesentralisasi – platform ini tidak memiliki aturan usia karena tidak diawasi otoritas resmi. Remaja bisa langsung menghubungkan dompet digital ke blockchain. Namun, jalur ini sangat berisiko karena tidak ada perlindungan hukum jika terjadi peretasan atau penipuan.
Risiko Besar yang Harus Dipahami
Meski menggiurkan, kripto juga mempunyai resiko tersendiri yang harus diperhitungkan:
- Volatilitas ekstrem – harga bisa naik tinggi dalam hitungan jam, lalu turun tajam keesokan harinya.
- Belum ada regulasi jelas – banyak negara, termasuk Indonesia, masih menyusun aturan agar investasi kripto lebih aman.
- Ancaman peretasan – karena berbasis digital, pencurian data atau dana kripto sering terjadi jika keamanan dompet digital lemah.
Hal ini menunjukkan bahwa berinvestasi di kripto tidak hanya butuh modal finansial, tetapi juga pemahaman teknologi dan mental tahan risiko.
Baca Juga: Untuk Makeup Remaja, Baiknya Pilih Foundation atau Cushion?
Aspek Pendidikan: Belajar Literasi Finansial Sejak Dini
Dari sisi pendidikan, keterlibatan remaja dalam dunia kripto bisa menjadi pintu masuk untuk belajar literasi finansial. Mereka dapat memahami konsep dasar manajemen risiko, cara mengelola aset, hingga pentingnya diversifikasi investasi.
Belajar kripto juga memperkenalkan anak pada ekosistem ekonomi digital. Pengetahuan ini relevan dengan masa depan, di mana transaksi virtual semakin dominan. Dengan bimbingan yang tepat, pengalaman ini bisa menjadi sarana belajar, bukan sekadar ajang spekulasi.
Sisi Psikologi: Melatih Kesabaran dan Kendali Emosi
Investasi kripto bukan hanya soal keuntungan, tetapi juga ujian psikologis. Fluktuasi harga yang tajam sering memicu rasa takut, panik, atau euforia berlebihan. Bagi remaja, pengalaman ini bisa melatih keterampilan mengelola emosi, mengambil keputusan rasional, dan belajar menerima risiko.
Namun, risiko psikologis juga ada. Tekanan untuk terus memantau pasar bisa menyebabkan stres, kecemasan, bahkan kecanduan. Karena itu, penting bagi orang tua untuk mendampingi agar aktivitas ini tidak mengganggu kesehatan mental maupun prestasi akademik anak.
Baca Juga: Fenomena Head Syndrome pada Remaja: Risiko Nyata Akibat Terlalu Lama Menunduk Menatap HP