SuratDokter.com- Di era digital ini, dunia terasa lebih terhubung dari sebelumnya. Dengan satu klik, kita dapat berbicara dengan seseorang di belahan dunia lain atau bergabung dalam komunitas daring yang sejalan dengan minat kita.
Namun, di balik kemudahan akses ini, ada paradoks yang mencolok. Semakin banyak orang merasa kesepian, terisolasi, dan bahkan terjebak dalam lingkaran kekecewaan terhadap hubungan sosial, terutama dalam konteks romantis.
Salah satu fenomena yang muncul dari keterasingan ini adalah komunitas yang dikenal sebagai incel.
Sebelum mengetahui penyebab dan pengaruh sosial dari fenomena ini, mari kita ketahui lebih dahulu apa itu subkultur incel yang baru-baru ini sedang tren.
Baca Juga: Benarkah Introvert Anti Sosial? Sendiri dan Penyendiri Beda lho! Simak Ulasan Berikut
Mengenal Subkultur Incel
Subkultur incel atau involuntary celibate mulai menarik perhatian masyarakat global dalam beberapa tahun terakhir.
Istilah ini merujuk pada individu, mayoritas pria, yang merasa terpaksa hidup tanpa hubungan romantis atau seksual meskipun menginginkannya.
Subkultur ini bukan hanya persoalan pribadi, tetapi telah berkembang menjadi subkultur di dunia maya yang kompleks, dengan komunitas-komunitas yang sering kali menyuarakan frustrasi, kemarahan, hingga kebencian terhadap masyarakat, khususnya perempuan.
Istilah ini mencerminkan dinamika sosial yang lebih dalam, mencakup isu maskulinitas, kesetaraan gender, hingga dampak teknologi terhadap hubungan manusia.
Baca Juga: Psikologi Sederhana: Mengenal Istilah Guilt Tripping
Bagaimana Incel Bisa Terjadi?
Subkultur incel berawal dari forum online yang menjadi tempat para anggotanya berbagi pengalaman tentang kesulitan mereka dalam menjalin hubungan.
Namun, diskusi ini sering berkembang menjadi narasi penuh pesimisme dan kekecewaan.
Penelitian dari sebuah jurnal Personality and Individual Differences menunjukkan bahwa meskipun komunitas incel sering dikaitkan dengan wacana misoginis dan kekerasan, sebagian besar anggotanya tidak terlibat dalam perilaku kekerasan.
Namun, mereka mengalami tingkat penolakan romantis yang tinggi serta gejala depresi dan kecemasan, keterikatan yang tidak aman, ketakutan akan kesendirian, dan kesepian