SURATDOKTER.com - Dalam dunia yang semakin sibuk dan kompetitif, kita sering diajarkan untuk peduli pada orang lain dengan cara membantu teman, menyumbang untuk amal, atau berbuat baik kepada sesama.
Namun, bagaimana dengan kebaikan terhadap diri sendiri? Inilah konsep altruisme, sebuah keseimbangan antara altruisme (kepedulian terhadap orang lain) dan self-care (kepedulian terhadap diri sendiri).
Meskipun terdengar kontradiktif, altruisme justru menjadi kunci untuk membantu orang lain dengan lebih baik tanpa mengorbankan kesejahteraan diri sendiri.
Apa itu Altruisme?
Dr. Jessica Myszak, seorang psikolog dari Glenview, Illinois, menyatakan bahwa altruisme merupakan tindakan tanpa pamrih dalam membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Konsep ini sering dianggap sebagai salah satu ciri khas kemanusiaan.
Myszak juga mengatakan bahwa altruisme sering muncul dari rasa belas kasih atau tanggung jawab pribadi, dan dapat menjadi kekuatan yang luar biasa untuk kebaikan di dunia.
Baca Juga: Ketika Otak Menghubungkan Indra, Kemampuan Sinestesia dalam Mengubah Persepsi Menjadi Karya
Hal ini dikarenakan bentuknya beragam, mulai dari menjadi sukarelawan di organisasi sosial hingga memberikan sumbangan secara anonim kepada mereka yang membutuhkan.
Empati merupakan hal dasar dalam perilaku altruistik, yang dapat didorong lebih jauh oleh penghargaan moral, perasaan kepuasan dan kebahagiaan, serta faktor eksternal lainnya.
Tipe-tipe Altruisme
Berikut adalah beberapa tipe altruisme yang sering ditemukan:
- Altruisme kekerabatan: terjadi ketika seseorang dengan tulus membantu anggota keluarga atau orang terdekatnya, bahkan dengan mengorbankan dirinya sendiri.
- Altruisme timbal balik: terjadi ketika seseorang menolong orang lain dengan harapan bahwa suatu saat nanti, bantuan serupa akan diterima kembali.
- Altruisme sosial: jenis altruisme ini muncul dari norma sosial yang mengajarkan bahwa kita harus membantu orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung.
- Altruisme murni: didorong oleh empati dan dilakukan tanpa mengharapkan imbalan, sering kali dalam situasi berisiko tinggi.
Bagaimana psikologi mempengaruhi altruisme?
Psikologi memainkan peran penting dalam membentuk perilaku altruistik seseorang. Faktor-faktor seperti empati, norma sosial, dan pengalaman pribadi dapat memotivasi seseorang untuk bertindak tanpa pamrih demi kepentingan orang lain.
Menurut teori empati-altruisme, individu yang merasakan empati mendalam terhadap orang lain lebih cenderung melakukan tindakan altruistik karena mereka mampu merasakan penderitaan orang lain seolah-olah itu adalah penderitaan mereka sendiri.
Baca Juga: Batasi Konsumsi Daging Merah Demi Menjaga Otak Tetap Sehat
Ini menunjukkan bahwa latar belakang psikologis seseorang dapat memengaruhi seberapa besar mereka bersedia membantu orang lain.
Selain empati, faktor kognitif seperti norma sosial dan harapan masyarakat juga memengaruhi tingkat altruisme seseorang.
Artikel Terkait
Mengenal Apa Itu Self Compassion Beserta Manfaatnya bagi Diri Sendiri
Memaksakan Diri dapat Berakibat Buruk pada Mental! Yuk, Belajar Self Love Sebagai Bentuk Penanganannya
Apa itu Self Meditation? Ketahui Manfaat dan Cara Melakukannya
Memahami Arti Self Healing dan Cara Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari!
Tips Meningkatkan Self Control, Salah Satunya dengan Meditasi