SURATDOKTER.COM - Berita mengenai bunuh diri telah marak beredar di internet. Terlebih lagi kemudahan akses informasi untuk menyebarluaskannya membuat masyarakat umum dapat mengetahuinya dengan mudah.
Sisi negatif dari penyebaran informasi kejadian bunuh diri membuat peningkatan keinginan bunuh diri ke orang lain. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa bunuh diri dapat menular atau disebut dengan suicide contagion.
Lantas, bagaimana penjelasan lebih lanjut mengenai suicide contagion?
Pengertian Suicide Contagion
Seperti dikemukakan oleh Dr. Sandersan Onie pendiri dari Emotional Health for All menyatakan bahwa tindakan bunuh diri dapat menular dan dapat disebut sebagai suicide contagion. Penularan aktivitas bunuh diri ini dapat melalui berita atau media lainnya.
Media kerap kali memberitakan mengenai kejadian bunuh diri yang terjadi dengan berbagai alasan. Seseorang yang terlalu sering terpapar berita mengenai bunuh diri dapat mempengaruhi emosionalnya. Terdapat pedoman yang perlu diikuti oleh media ketika hendak mengabarkan berita bunuh diri.
Ciri-ciri Orang yang Rentan Terdampak
Ciri-ciri orang yang rentan terdampak berita bunuh diri paling sering terlihat pada rentang usia di bawah 25 tahun. Rentang usia tersebut masih tergolong remaja sampai kepada dewasa muda yang otaknya masih berkembang dan cenderung kesulitan menjawab mengenai identitas diri.
Kelompok lain yang berisiko tinggi terdampak penularan bunuh diri adalah pasien rawat inap psikiatris, narapidana, veteran militer atau anggota kelompok minoritas yang mengalami diskriminasi ekonomi atau budaya.
Seseorang yang orang terdekatnya melakukan bunuh diri juga menjadi golongan rentan tertular apabila mengetahui kejadian bunuh diri secara detail.
Baca Juga: Kenali Tanda Pasanganmu Emotionally Unavailable
Peran Media Sosial untuk Meminimalisir Suicide Contagion
Ketika suatu berita atau media menyajikan informasi mengenai bunuh diri terdapat beberapa pedoman yang harus diikuti untuk menekan dampak adanya suicide contagion. Beberapa pedoman tersebut antara lain:
1. Hindari Penjelasan Secara Detail
Penjelasan yang dimuat di pemberitaan umum tidak perlu menjelaskan pula mengenai cara atau metode bunuh diri yang dilakukan. Isi berita yang dimuat dapat menjelaskan kematian korban secara umum. Jika terdapat catatan bunuh diri yang tertinggal dapat disampaikan tetapi isi spesifiknya tidak boleh dibagikan secara publik.
2. Fokus pada Kehidupan Orang yang Meninggal, Bukan Hanya Mengenai Kematiannya
Ketika terdapat kasus bunuh diri, pemberitaan di media tidak boleh hanya berfokus pada kematian korban. Media juga dapat menjelaskan hal-hal positif yang dicapai korban semasa hidup.
Seperti prestasi selebritas semasa hidup sebelum akhirnya tewas bunuh diri. Foto-foto lokasi kejadian atau foto orang terkasih korban yang sedang mengalami kesedihan tidak disarankan.
3. Sertakan Informasi tentang Pencegahan Bunuh Diri
Pada isi berita juga harus menyertakan informasi tentang hotline bunuh diri, nomor darurat lokal atau sumber relevan lainnya sebagai pencegahan bunuh diri.
Media dapat menjadi peluang risiko untuk adanya penularan bunuh diri tetapi disisi lain juga dapat menjadi sarana pencegahan. Seperti media sosial yang dapat menjadi sarana untuk membangun hubungan antar orang di dalamnya dan dapat memberikan kesempatan untuk menemani seseorang yang kesepian meskipun berada jauh.
Artikel Terkait
Memahami Arti Suicide Contagion, Perilaku Bunuh Diri yang Menular dan Pencegahannya
Larangan Bunuh Diri: Pesan Psikologi Tersirat dari Drama Death’s Game, Bisa Jadi Pegangan Hidup!