SURATDOKTER.com - Moluskum kontagiosum merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh virus dari keluarga poxvirus. Penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan kecil berbentuk bulat pada permukaan kulit yang menyerupai mutiara.
Meskipun kondisi ini tidak berbahaya dan bisa hilang dengan sendirinya, infeksinya cukup mudah menyebar dari satu orang ke orang lain, terutama melalui kontak langsung atau penggunaan barang bersama.
Siapa Saja yang Bisa Terkena?
Infeksi ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, tetapi kasusnya paling sering ditemukan pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, penderita eksim, serta mereka yang tinggal di daerah beriklim lembap atau padat penduduk cenderung memiliki risiko lebih tinggi.
Baca Juga: Viral! Seorang Pria Terkena Penyakit Kulit Diduga Karena Memakai Baju Thrifting
Virus penyebab moluskum bisa berpindah lewat sentuhan langsung, melalui benda seperti pakaian, handuk, atau alat mandi, bahkan juga melalui kontak seksual.
Gejala dan Ciri-Ciri yang Muncul
Gejala utama moluskum kontagiosum adalah timbulnya papula atau benjolan kecil di kulit dengan ukuran sekitar 2 hingga 5 milimeter.
Warna benjolan ini bisa menyerupai warna kulit, putih, merah muda, bahkan ungu, dan memiliki lekukan kecil di bagian tengahnya.
Umumnya tidak terasa sakit, namun bisa menimbulkan rasa gatal. Jika digaruk, benjolan bisa pecah dan menyebarkan virus ke area kulit lainnya, menyebabkan munculnya lebih banyak benjolan.
Benjolan akibat moluskum bisa muncul di berbagai bagian tubuh seperti wajah, leher, lengan, kaki, perut, hingga area genital. Pada beberapa orang, terutama dengan daya tahan tubuh rendah, benjolan bisa membesar dan jumlahnya lebih banyak.
Cara Penyebaran dan Penularan
Virus moluskum menyebar dengan cepat melalui sentuhan langsung antar kulit, atau lewat benda yang sudah terkontaminasi. Oleh karena itu, berbagi penggunaan barang pribadi seperti pakaian, handuk, atau mainan sebaiknya dihindari.
Selain itu, hubungan seksual juga menjadi salah satu jalur penularan, meskipun tidak semua kasus berkaitan dengan aktivitas tersebut.
Apakah Perlu Pengobatan?
Pada dasarnya, infeksi ini bisa sembuh sendiri dalam jangka waktu enam bulan hingga satu tahun tanpa pengobatan khusus. Namun, bagi penderita yang merasa tidak nyaman, atau jika lesi menyebar luas dan mengganggu, penanganan medis bisa dipertimbangkan.
Beberapa metode yang biasa digunakan oleh tenaga medis meliputi cryotherapy (pembekuan lesi), kuretase (pengangkatan benjolan), atau penggunaan laser.
Baca Juga: Rhabdomyolysis: Penyakit Langka Pada Ginjal Akibat Terlalu Keras Berolahraga
Artikel Terkait
Mengenal Penyakit Alopesia Areata: Gejala, Penyebab Hingga Penangannya
Leukonikia: Muncul Bercak Putih Pada Kuku, Berikut Penyebab Hingga Penanganannya
Mengenal Apa Itu Askariasis Atau Infeksi Cacing Perut Hingga Cara Menanganinya!
Tangan Kapalan? Ini Dia Solusinya!
Rhabdomyolysis: Penyakit Langka Pada Ginjal Akibat Terlalu Keras Berolahraga