SURATDOKTER.com - Isu mengenai program kondom gratis untuk mahasiswa kembali menghangat setelah beredar kabar bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendukung inisiatif ini untuk mahasiswa semester empat ke atas.
Program ini diklaim bertujuan sebagai bagian dari edukasi kesehatan reproduksi dan pencegahan penyakit menular seksual (PMS), bukan sebagai bentuk dorongan terhadap aktivitas seksual di kalangan mahasiswa.
Kebijakan tersebut menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Sebagian kalangan menilai langkah ini sebagai bentuk pendidikan seks yang realistis dan preventif, sementara pihak lain menganggapnya dapat menormalisasi perilaku seks bebas di usia muda.
Baca Juga: Unik Banget! Tipe Kepribadian Mahasiswa yang Baru Muncul Pada Saat Skripsi
Latar Belakang Program: Meningkatnya Kasus IMS di Kalangan Muda
Data Kemenkes menunjukkan adanya peningkatan kasus HIV dan infeksi menular seksual pada kelompok usia 15–24 tahun dalam beberapa tahun terakhir. Banyak di antara mereka yang tertular karena kurangnya pengetahuan tentang hubungan seksual yang aman dan rendahnya akses terhadap alat kontrasepsi.
Beberapa mahasiswa juga diketahui enggan membeli kondom karena faktor malu atau stigma sosial. Akibatnya, hubungan seksual yang tidak terlindungi menjadi penyebab utama penyebaran virus HIV, gonore, dan klamidia.
Melihat tren ini, pemerintah menilai bahwa edukasi dan distribusi kondom secara terbatas di lingkungan kampus bisa menjadi langkah pencegahan yang efektif jika dilakukan dengan pengawasan dan pendekatan edukatif.
Tujuan Utama: Edukasi, Bukan Promosi Seks Bebas
Kemenkes menegaskan bahwa fokus utama dari program ini bukan untuk mendorong aktivitas seksual, melainkan untuk memberikan edukasi mengenai tanggung jawab dan perlindungan diri.
Program kondom gratis ini dikaitkan dengan kampanye “Safe Campus, Healthy Generation”, yang menekankan pentingnya kesehatan reproduksi dan kesadaran risiko.
Distribusi kondom direncanakan dilakukan melalui pusat layanan kesehatan kampus (UKM Kesehatan) atau klinik mahasiswa, disertai sesi penyuluhan mengenai risiko penyakit menular, cara penggunaan kondom yang benar, serta nilai tanggung jawab dalam hubungan.
Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya menerima alat kontrasepsi, tetapi juga mendapatkan pemahaman etika dan konsekuensi medis dari setiap keputusan yang diambil.
Perspektif Kesehatan Masyarakat: Pendekatan Preventif Lebih Efektif
Banyak pakar kesehatan masyarakat mendukung pendekatan ini karena pendidikan seks yang terbuka dan ilmiah terbukti menurunkan angka penyakit menular seksual.
Artikel Terkait
Mahasiswa ITB Sakit Hingga Meninggal di Dalam Kamar Kost
Mahasiswa Petra yang Bunuh Diri Diduga Karena Depresi
Perawat dan Mahasiswa Meninggal Berdua di Kamar Kos! Ini Faktanya
2 Mahasiswa UGM Meninggal Setelah Kapal yang Ditumpanginya Terbalik Saat Kuliah Kerja Nyata
RS Ngoerah Keluarkan Dokter Koas yang Diduga Terlibat Perundungan Mahasiswa Unud: Peringatan Serius untuk Dunia Pendidikan Kedokteran