Situasi ini memicu kekhawatiran orang tua murid karena sebagian anak dari keluarga kurang mampu sangat mengandalkan makanan MBG sebagai sumber asupan bergizi harian di sekolah.
Penutupan sementara dilakukan dan menimbulkan tanda tanya di kalangan sekolah dan masyarakat, mengingat MBG merupakan program prioritas nasional yang menyasar perbaikan gizi anak-anak di wilayah rentan.
Antara Efisiensi Anggaran dan Kualitas Gizi
Polemik ini menggambarkan dilema antara efisiensi biaya dan pemenuhan standar gizi. Dengan biaya Rp6.500 per porsi, penyedia dapur dituntut untuk menyajikan makanan lengkap yang mencakup karbohidrat, protein, sayur, serta buah — sebuah tantangan besar di tengah fluktuasi harga bahan pangan.
Para ahli gizi menilai, jika biaya terlalu ditekan tanpa mempertimbangkan kualitas, maka tujuan utama program, yakni peningkatan gizi anak sekolah, bisa kehilangan maknanya.
Ke depan, dibutuhkan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan pembiayaan MBG, agar dapur-dapur penyedia tetap dapat beroperasi tanpa mengorbankan mutu pangan maupun kesejahteraan pekerja.***
Artikel Terkait
Program MBG Kemenkes: Langkah Konkret Turunkan Stunting dan Tingkatkan Gizi Anak Indonesia
Evaluasi Total Program MBG: Pemerintah Tutup Sementara Dapur Bermasalah dan Siapkan Ahli Gizi dari Kemenkes
Kemenkes Turun Tangan Awasi Program MBG: SPPG Wajib Punya SLHS, Puskesmas dan UKS Dilibatkan
Bakteri Pembusuk di Balik Tragedi MBG KBB: Fakta Baru tentang Kelalaian Dapur dan Usulan Dapur Sekolah
Evaluasi Program MBG: Ketua Banggar DPR Usulkan Kantin Sekolah Jadi Dapur untuk Kurangi Beban SPPG