• Senin, 22 Desember 2025

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Temukan Warga TPA Sarimukti Masak Bangkai Ayam untuk Dimakan

Photo Author
- Selasa, 15 Juli 2025 | 09:25 WIB
Dedi Mulyadi temukan warga Sarimukti masak bangkai ayam
Dedi Mulyadi temukan warga Sarimukti masak bangkai ayam

SURATDOKTER.com - Pemandangan memilukan tersaji di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, Jawa Barat, ketika Gubernur Dedi Mulyadi melakukan kunjungan lapangan.

Di tengah deretan rumah semi permanen dan lingkungan yang jauh dari kata layak, ia mendapati seorang ibu sedang mempersiapkan makanan yang membuat hati siapa pun terenyuh: bangkai ayam dari tempat sampah.

Kunjungan itu diabadikan dalam video dan memperlihatkan kondisi tempat tinggal yang penuh lalat, kotor, serta sangat tidak sehat untuk dihuni. Ibu tersebut, yang tinggal bersama anaknya, mengaku bahwa ayam yang hendak dimasak berasal dari tumpukan sampah dan belum dimasak.

Baca Juga: Dedi Mulyadi: Pemprov Jabar Siap Bantu Seragam hingga Buku untuk Siswa Kurang Mampu

Kondisi ini menggambarkan bagaimana tekanan ekonomi memaksa sebagian warga hidup dalam kondisi ekstrem, bahkan sampai mengkonsumsi bahan pangan yang sangat berisiko bagi kesehatan.

Kemiskinan Ekstrem dan Ancaman Kesehatan

Tinggal di lingkungan seperti TPA Sarimukti membawa berbagai risiko kesehatan. Rumah-rumah yang dibangun seadanya tanpa sistem sanitasi memadai menjadi tempat berkembang biaknya bakteri dan virus.

Lalat yang beterbangan bukan hanya menjadi gangguan, tetapi juga media penyebaran penyakit pencernaan seperti diare, disentri, hingga tipus.

Kondisi tersebut diperparah oleh konsumsi makanan yang tidak layak. Bangkai ayam dari tempat sampah sangat mungkin telah terkontaminasi bakteri patogen seperti Salmonella atau E. coli, yang dapat mengakibatkan keracunan makanan.

Jika dikonsumsi dalam keadaan tidak matang sempurna, risikonya bisa meningkat, terutama pada anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya masih lemah.

Penghasilan Minim dan Keterbatasan Gizi

Dalam percakapan dengan gubernur, sang ibu mengungkapkan bahwa penghasilannya hanya berkisar antara Rp20 ribu hingga Rp30 ribu per hari.

Jumlah ini jelas tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, apalagi memenuhi standar gizi harian yang dibutuhkan tubuh. Situasi ini menciptakan lingkaran setan kemiskinan dan malnutrisi yang sulit diputus.

Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan ini berisiko tinggi mengalami stunting, anemia, serta gangguan tumbuh kembang akibat kekurangan zat gizi penting.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Afida Rafi

Sumber: Riset Tim Suratdokter, Promedia

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Terpopuler

X