SURATDOKTER.com - Penyelenggaraan ibadah haji tahun ini diwarnai tantangan berat, terutama dari sisi kesehatan para jemaah.
Cuaca ekstrem yang melanda wilayah Arab Saudi menjadi salah satu faktor utama meningkatnya jumlah jemaah yang membutuhkan penanganan medis selama menjalankan ibadah.
Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) mencatat bahwa lebih dari 72.100 jemaah asal Indonesia mengalami gangguan kesehatan selama di Tanah Suci. Sebagian dari mereka bahkan harus menjalani rawat inap karena kondisinya tidak memungkinkan untuk ditangani secara rawat jalan.
Suhu di Makkah dan Madinah selama musim haji 2025 dilaporkan berada pada puncaknya, dengan angka yang mencapai 45 hingga 47 derajat Celcius. Kondisi tersebut diperparah oleh rendahnya kelembapan udara, yang membuat hawa panas terasa lebih menyengat dan menyulitkan tubuh untuk menyesuaikan diri.
Menurut keterangan resmi dari petugas kesehatan PPIH Daerah Kerja Makkah, jenis gangguan yang paling banyak diderita jemaah tahun ini adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), disusul oleh tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, serta sejumlah penyakit yang melibatkan komplikasi antar organ.
Selain kasus rawat jalan, tercatat ada 238 jemaah yang harus dirawat secara intensif di fasilitas kesehatan Arab Saudi. Penyakit berat seperti pneumonia, serangan jantung, serta komplikasi akibat diabetes menjadi penyebab utama yang mengharuskan mereka menjalani perawatan lebih lama di rumah sakit.
Dalam laporan yang sama, jumlah jemaah Indonesia yang wafat hingga hari ke-44 pelaksanaan haji tercatat sebanyak 275 orang. Meski demikian, angka ini disebut lebih rendah dibandingkan periode haji tahun sebelumnya, dan diharapkan tidak bertambah signifikan hingga seluruh proses pemulangan selesai.
Kondisi fisik jemaah yang tidak selalu dalam keadaan bugar, ditambah aktivitas ibadah yang cukup berat dan dilakukan dalam suhu tinggi, menjadi kombinasi risiko yang tidak bisa diabaikan.
Aktivitas seperti thawaf, sai, dan wukuf berlangsung dalam waktu yang padat, sementara tubuh harus terus beradaptasi dengan paparan panas ekstrem.
PPIH mengingatkan bahwa pencegahan lebih baik dilakukan sebelum keberangkatan. Persiapan fisik, pemeriksaan kesehatan awal, serta pemahaman terhadap risiko iklim perlu menjadi bagian dari edukasi wajib bagi calon jemaah di masa mendatang.
Baca Juga: Tetap Mabit di Mina, Ini Alasan Kemenag Batal Terapkan Tanazul untuk Jemaah Haji Indonesia
Meski angka kejadian gangguan kesehatan cukup tinggi, petugas menyampaikan harapan agar seluruh jemaah yang masih menjalankan ibadah ataupun sudah tiba kembali di Indonesia tetap diberikan perlindungan dan kekuatan dalam menjaga kesehatan mereka.
Kejadian ini seharusnya menjadi refleksi bahwa faktor kesehatan tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan ibadah haji.
Artikel Terkait
Kemenag Ungkap Perlakuan Istimewa Pemerintah Arab Saudi, Ambulans untuk Jemaah Haji Indonesia Boleh Masuk Arafah dan Mina
Wukuf di Arafah Jadi Puncak Ibadah Haji, Ini Rangkaian Kegiatan Jemaah Indonesia
Negosiasi Kemenag RI Tembus Pemerintah Arab Saudi, Klinik Kesehatan untuk Jemaah Haji Indonesia Diizinkan Beroperasi Lagi
Tetap Mabit di Mina, Ini Alasan Kemenag Batal Terapkan Tanazul untuk Jemaah Haji Indonesia
Suhu di Tanah Suci Tembus 47 Derajat Celcius, Petugas Minta Jemaah Haji yang Tiba di Indonesia Segera Periksa Kesehatan