Dampaknya bisa sangat serius, mulai dari infeksi ringan yang tak kunjung sembuh, hingga penyakit yang membutuhkan pengobatan intensif dengan antibiotik generasi tinggi.
Selain resistensi, sebagian orang yang sensitif terhadap jenis antibiotik tertentu juga berisiko mengalami reaksi alergi jika terpapar melalui makanan. Walau jarang, kasus semacam ini tetap menjadi perhatian dalam dunia kesehatan masyarakat.
Bagaimana Aturan Penggunaan AGP di Indonesia?
Di Indonesia, penggunaan AGP dalam peternakan sempat menjadi praktik umum. Namun sejak tahun 2018, pemerintah melalui Kementerian Pertanian secara resmi melarang penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan, dan hanya memperbolehkan antibiotik untuk pengobatan dengan pengawasan dokter hewan.
Baca Juga: 5 Bahan yang Bisa Membuat Daging Lebih Empuk saat Dimasak, Gampang Ditemukan di Dapur Rumah
Kebijakan ini sejalan dengan upaya global untuk menekan risiko resistensi antibiotik. Meski begitu, pengawasan di lapangan masih menjadi tantangan. Tidak semua peternak mematuhi aturan, terutama di wilayah yang kurang terjangkau edukasi atau pengawasan rutin.
Apa yang Bisa Dilakukan Konsumen?
Untuk melindungi diri dari risiko konsumsi ayam yang mengandung residu AGP, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:
- Pilih produk ayam dari peternakan atau produsen yang jelas dan transparan mengenai praktik budidayanya.
- Cari label “bebas antibiotik” atau “organik” jika tersedia.
- Masak daging ayam dengan suhu yang cukup, karena meskipun tidak menghilangkan residu sepenuhnya, proses ini membantu membunuh bakteri yang mungkin berbahaya.
- Konsumsi secara bijak, dan jangan menjadikan ayam sebagai satu-satunya sumber protein utama setiap hari.
Edukasi juga penting. Masyarakat yang sadar akan dampak AGP dapat mendorong perubahan sistem dari sisi permintaan. Jika konsumen lebih memilih produk yang sehat dan transparan, maka produsen pun terdorong untuk meninggalkan praktik berisiko.
Baca Juga: Kamu Tim Mencuci Telur Ayam Atau Tidak Dicuci? Ini Seharusnya!
Ayam yang diberi pakan mengandung antibiotik growth promoter memang bisa terlihat sehat dan besar dalam waktu singkat. Namun di balik itu, terdapat risiko jangka panjang terhadap kesehatan manusia — mulai dari resistensi antibiotik hingga gangguan sistem kekebalan.
Meski regulasi sudah mulai diberlakukan, kesadaran dan kehati-hatian dari konsumen tetap menjadi kunci dalam menciptakan rantai pangan yang aman dan berkelanjutan.***
Artikel Terkait
Keratosis Pilaris: Benjolan Kecil Seperti Kulit Ayam yang Bikin Tekstur Wajah Tidak Rata
Tahukan Kamu Ternyata Ada Telur Ayam Hijau Alami: Ini Pakan Induknya!
Kamu Tim Mencuci Telur Ayam Atau Tidak Dicuci? Ini Seharusnya!
Viral! Ayam Goreng Widuran Solo Baru Kabarkan Non Halal Setelah Lebih Dari 50 Tahun Berdiri
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Temukan Warga TPA Sarimukti Masak Bangkai Ayam untuk Dimakan