SURATDOKTER.com - Dalam kondisi terdesak dan keterbatasan ekonomi, sebagian orang mungkin nekat mengonsumsi bangkai hewan dari tempat sampah atau limbah makanan.
Meskipun secara kasat mata bisa terlihat “masih utuh” atau bisa diolah kembali, bangkai hewan yang mati bukan karena disembelih dengan layak sebenarnya menyimpan segudang bahaya bagi kesehatan manusia.
Bahkan, risikonya bisa berujung pada infeksi serius, keracunan parah, hingga kematian.
Baca Juga: Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Temukan Warga TPA Sarimukti Masak Bangkai Ayam untuk Dimakan
Apa yang Dimaksud dengan Bangkai Hewan?
Secara sederhana, bangkai hewan adalah daging dari hewan yang mati bukan karena disembelih, melainkan karena sebab lain seperti penyakit, kecelakaan, atau usia tua.
Dalam terminologi medis dan kesehatan pangan, bangkai termasuk dalam kategori makanan yang sangat tidak layak konsumsi. Selain sudah melalui proses pembusukan, daging tersebut sering kali telah terkontaminasi oleh bakteri, virus, jamur, atau bahkan parasit berbahaya.
Potensi Kontaminasi Mikroba
Salah satu risiko utama dari mengonsumsi bangkai adalah kemungkinan besar adanya kontaminasi mikroorganisme patogen seperti Salmonella, Escherichia coli (E. coli), Clostridium perfringens, hingga Listeria monocytogenes.
Mikroba ini dapat berkembang biak dengan sangat cepat, terutama pada daging yang sudah tidak disimpan dalam suhu ideal.
Konsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri tersebut bisa menyebabkan gejala keracunan makanan seperti mual, muntah, diare, kram perut, demam, dan dalam kasus parah dapat memicu infeksi sistemik (menyebar ke seluruh tubuh), terutama bagi anak-anak, lansia, atau orang dengan sistem imun lemah.
Risiko Infeksi Zoonosis
Bangkai hewan juga menjadi sumber penularan penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang bisa menyebar dari hewan ke manusia. Contoh penyakit zoonotik yang dapat ditularkan melalui bangkai adalah antraks, brucellosis, dan tuberkulosis hewan.
Daging dari hewan yang mati karena infeksi semacam ini menyimpan risiko tinggi, bahkan meskipun sudah dimasak dalam suhu tinggi.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjelaskan bahwa beberapa bakteri dan virus penyebab zoonosis mampu bertahan dalam daging dan bisa lolos dari proses memasak yang tidak sempurna.
Baca Juga: Ratusan Siswa di Bogor Keracunan, Diduga Akibat MBG Terkontaminasi Bakteri Salmonela dan E.Coli
Proses Pembusukan dan Racun Alami
Ketika hewan mati, proses alami pembusukan dimulai hampir seketika. Jaringan tubuh yang rusak akan melepaskan enzim-enzim tertentu yang mempercepat proses dekomposisi.
Artikel Terkait
7 Makanan yang Harus Dihindari Penderita Asam Lambung
Waspada! Jika Menemukan Makanan Dengan Ciri Ini, Mungkin Mengandung Minyak Babi
Banyak Konsumsi Olahan Daging? Ini 4 Makanan yang Bisa Jadi Penetral
Apakah Makanan yang Sudah Disemuti Masih Aman Dikonsumsi?
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Temukan Warga TPA Sarimukti Masak Bangkai Ayam untuk Dimakan