SURATDOKTER.com - Stroke yang selama ini identik dengan penyakit yang menyerang lansia, kini tidak lagi berlaku sepenuhnya.
Faktanya, stroke juga bisa menyerang anak-anak. Salah satu contohnya adalah pengalaman seorang ibu bernama Holly di Hempstead, Hertfordshire, Inggris, yang putrinya, Ottilie Atkins, mengalami stroke di usia enam tahun.
Awalnya, Holly mengira kondisi Ottilie hanyalah akibat kelelahan setelah bermain di taman. Ottilie terlihat pucat, merasa pusing, dan berkeringat dingin.
Karena berpikir putrinya hanya kelelahan, Holly memutuskan untuk membawanya pulang. Namun, di perjalanan, Holly menyadari ada sesuatu yang tidak biasa.
Keseimbangan Ottilie terganggu, dan gerakan matanya tidak stabil. Holly pun memutuskan untuk segera membawa putrinya ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Baca Juga: Jari Tangan Mencengkram Akibat Stroke: Ini Dia Cara Mengatasinya!
Setelah serangkaian tes di rumah sakit, termasuk pemindaian CT dan MRI, dokter menemukan bahwa Ottilie mengalami stroke.
Penyebabnya diketahui berasal dari komplikasi cacar air yang pernah dideritanya 18 bulan sebelumnya. Stroke tersebut memengaruhi penglihatan Ottilie, dan meskipun ada perbaikan secara bertahap, dokter belum bisa memastikan apakah kondisinya akan pulih sepenuhnya.
Holly merasa bersyukur karena bertindak cepat membawa Ottilie ke rumah sakit, sehingga pengobatan dapat dilakukan dengan segera.
Alasan Anak-Anak Bisa Terkena Stroke
Stroke pada anak-anak sebenarnya merupakan kondisi yang jarang terjadi, namun tetap mungkin dialami.
Di Inggris, misalnya, sekitar 400 anak setiap tahun mengalami stroke, menurut lembaga amal Brain Research UK. Dokter menyebut bahwa salah satu penyebab utama stroke pada anak adalah penyakit bawaan.
Misalnya, anak yang sejak bayi memiliki hipertensi atau gangguan pembuluh darah lebih berisiko mengalami stroke di usia dini.
Baca Juga: Berkenalan Dengan Bell's Palsy, Saudara Stroke Ringan yang Mengakibatkan Lumpuh Wajah
Di sisi lain, risiko stroke pada anak muda dan remaja juga bisa dipengaruhi oleh gaya hidup tidak sehat. Gaya hidup sedentari atau kurang bergerak, serta pola makan yang buruk seperti terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji, dapat meningkatkan risiko penyakit seperti hipertensi dan kolesterol tinggi.