SURATDOKTER.com - Di era media sosial, olahraga tidak hanya dilakukan di gym, tetapi juga di layar. Banyak orang merasa lebih semangat berolahraga setelah mengunggah foto di treadmill atau video plank 60 detik di Instagram.
Namun, di balik semangat berbagi gaya hidup sehat, ada fenomena psikologis menarik: semakin sering seseorang membagikan aktivitas olahraganya, semakin tinggi kemungkinan ia melakukannya untuk mendapatkan validasi sosial.
Beberapa penelitian, termasuk studi yang dilakukan oleh Brunel University London, menemukan bahwa orang yang sering memposting kegiatan kebugaran memiliki kecenderungan mencari pengakuan dan ingin dipandang positif oleh orang lain.
Dalam istilah psikologi, hal ini terkait dengan self-presentation — dorongan untuk menunjukkan versi terbaik dari diri di hadapan publik.
Olahraga dan Dopamin: Saat Likes Jadi Bentuk Hadiah Mental
Ketika seseorang mengunggah foto setelah berolahraga lalu mendapat banyak “likes”, otak melepaskan dopamin — zat kimia yang memunculkan rasa senang.
Sama seperti efek setelah latihan fisik, dopamin dari notifikasi media sosial memberi sensasi puas dan termotivasi. Sayangnya, jika efek ini terlalu sering dicari, seseorang bisa menjadi ketagihan terhadap perhatian online.
Dalam jangka panjang, kecanduan semacam ini dapat memengaruhi keseimbangan emosi. Beberapa studi di Frontiers in Psychology menunjukkan bahwa pengguna aktif media sosial yang sering mengunggah foto tubuh atau aktivitas fitness cenderung mengalami fluktuasi harga diri yang bergantung pada respon orang lain.
Batas Tipis Antara Disiplin dan Obsesi
Berolahraga setiap hari adalah kebiasaan positif, tapi ketika motivasinya bergeser dari kesehatan menjadi citra diri, hal ini dapat menjadi bumerang psikologis.
Psikolog menyebut kondisi ini sebagai “fitspiration pressure”, yaitu tekanan untuk terlihat sehat dan menarik di mata orang lain.
Orang yang mengalami hal ini bisa merasa bersalah atau cemas jika tidak memposting aktivitasnya. Bahkan, sebagian mulai membandingkan diri dengan orang lain yang lebih ideal secara fisik, sehingga menimbulkan perasaan tidak cukup baik atau insecure.
Fenomena ini dapat berkembang menjadi gangguan citra tubuh (body dysmorphic tendency) — di mana seseorang selalu merasa kurang, meski tubuhnya sebenarnya bugar.
Baca Juga: Crab Mentality: Saat Keberhasilan Orang Lain Justru Jadi Ancaman
Mengapa Sering Posting Tidak Selalu Buruk
Meskipun terdengar negatif, tidak semua orang yang rajin membagikan aktivitas olahraganya memiliki masalah psikologis.