Lebih jauh, para ahli berpendapat bahwa sinkronisasi otak bisa membantu dalam terapi psikologis. Hubungan yang dekat antara terapis dan pasien dapat menciptakan pola otak yang lebih sinkron, sehingga proses penyembuhan emosional berjalan lebih efektif.
Benarkah Telepati Itu Nyata?
Meski sinkronisasi otak sering dikaitkan dengan telepati, ilmuwan masih menekankan bahwa fenomena ini berbeda.
Telepati dalam pengertian tradisional—yaitu membaca pikiran tanpa sinyal apa pun—belum terbukti secara ilmiah.
Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa otak manusia memang punya kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dan saling memahami secara mendalam.
Jadi, walaupun bukan telepati murni, sinkronisasi otak bisa menjadi jembatan untuk memahami kedekatan pikiran antarindividu.
Baca Juga: Ketakutan Kehilangan Pekerjaan karena AI: Alarm Bagi Kesehatan Mental Pekerja Indonesia
Manfaat Sosial dan Pendidikan
Penelitian ini juga memberi wawasan baru dalam dunia pendidikan dan kerja tim. Guru dan siswa yang memiliki hubungan baik cenderung menunjukkan sinkronisasi otak yang lebih tinggi, sehingga proses belajar berjalan lebih efektif.
Begitu pula dalam kelompok kerja, sinkronisasi otak dapat meningkatkan kolaborasi dan kreativitas.
Walaupun hasilnya menjanjikan, penelitian mengenai sinkronisasi otak masih tergolong baru. Ilmuwan perlu menjawab pertanyaan lebih lanjut, seperti faktor apa yang membuat sinkronisasi lebih kuat, serta apakah kondisi ini bisa dilatih atau diperkuat secara sadar.
Di masa depan, bukan tidak mungkin teknologi akan mampu memanfaatkan fenomena ini untuk menciptakan komunikasi yang lebih canggih.***