SuratDokter.com - Anda mungkin sering mendengar ungkapan, "Jangan banyak tertawa, nanti menangis."
Sebagian besar dari kita mengira itu adalah lelucon atau mitos belaka. Intinya, secara psikologis, fenomena menangis setelah tertawa ternyata bukanlah suatu hal yang aneh.
Ada penjelasan ilmiah yang mendukung hal ini, dan fenomena ini dikenal dalam psikologi sebagai bagian dari pelepasan emosi atau pelepasan emosi.
1. Pemikiran Emosional Tersembunyi
Saat seseorang tertawa lepas, mereka mungkin secara tidak sadar melepaskan ketegangan emosional yang sudah lama terpendam.
Baca Juga: Merasa Lebih Jarang Tertawa Saat Dewasa, Kenapa Bisa Begitu? Ini Penjelasan Psikologisnya!
Tertawa bisa menjadi cara tubuh untuk mengeluarkan stres yang tidak disadari.
Namun, setelah ledakan emosi positif seperti tertawa, perasaan emosional yang tersembunyi, seperti kesedihan atau stres, dapat muncul ke permukaan.
Faktor ini dapat menyebabkan tangisan secara tiba-tiba setelahnya tertawa.
Penelitian oleh Karen Schneider dalam “ Emotional Release: The Role of Laughter ” menunjukkan bahwa tertawa dapat memicu pelepasan ketegangan emosional yang mendalam, sehingga seseorang merasa lebih rentan setelahnya.
2. Kelelahan Emosional
Tertawa berlebihan juga bisa menyebabkan kelelahan emosional. Ketika tubuh melepaskan banyak energi emosional melalui tertawa, hal ini dapat menyebabkan perasaan lelah secara mental.
Setelah tertawa, perasaan ini membuat seseorang lebih sensitif dan rentan terhadap emosi negatif.
Baca Juga: Benarkah Mulai Usia 23 Tahun, Seseorang Akan Lebih Jarang Tertawa? Apa Alasannya?
James Gross dalam bukunya “ Emotion Regulation: Concepts and Practices ” menyebutkan bahwa kelelahan emosional dapat memicu perubahan suasana hati, terutama setelah ekspresi emosi yang kuat.
3. Penurunan Hormon Endorfin
Penelitian menunjukkan bahwa tertawa memiliki efek yang luar biasa pada tubuh kita. Salah satunya adalah peningkatan produksi endorfin, neurotransmitter yang berperan sebagai pereda nyeri alami dan pemicu perasaan senang.