• Senin, 22 Desember 2025

Ketagihan ’Scroll’ TikTok? Studi Ungkap Cara Kerja Platform Pengaruhi Otak

Photo Author
- Kamis, 13 Maret 2025 | 15:00 WIB
Scroll di TikTok secara berlebihan dapat meningkatkan defisit kognitif (freepik.com/thicha2707) (freepik.com/thicha2707)
Scroll di TikTok secara berlebihan dapat meningkatkan defisit kognitif (freepik.com/thicha2707) (freepik.com/thicha2707)

SURATDOKTER.com – Studi terbaru mengungkap dampak negatif dari kebiasaan terlalu lama scroll video di TikTok terhadap otak.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan berlebihan platform video pendek seperti TikTok dapat menyebabkan perubahan signifikan pada struktur dan fungsi otak, yang berdampak pada kemampuan kognitif dan kesehatan mental pengguna.

Para ilmuwan dari Universitas Normal Tianjin di China dan Universitas California, Los Angeles, melakukan pemindaian otak terhadap 112 individu berusia 17 hingga 30 tahun.

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang kecanduan video pendek mengalami perubahan morfologi otak yang berbeda dibandingkan dengan individu lainnya.

Perubahan ini terkait dengan defisit kognitif dalam rentang perhatian, memori, pembelajaran, serta peningkatan risiko depresi dan kecemasan.

Fenomena ini sering disebut sebagai brain rot (pembusukan otak), yang mengacu pada kemerosotan kondisi mental atau intelektual akibat konsumsi berlebihan konten berkualitas rendah di media sosial.

Baca Juga: Apa Benar Tidak Boleh Paksa Anak Untuk Sikat Gigi, Nanti Trauma: Berikut Tips Untuk Membuat Anak Menyukai Menggosok Gigi

Kebiasaan ini dapat menyebabkan kelelahan mental, penurunan motivasi, fokus, produktivitas, serta energi.

Algoritma TikTok dirancang untuk menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, sehingga mendorong mereka untuk terus menggulir tanpa henti.

Setiap kali pengguna menonton video yang menarik, otak melepaskan dopamin, zat kimia yang memberikan perasaan senang.

Namun, pelepasan dopamin yang terus-menerus tanpa usaha berarti dapat menurunkan motivasi untuk melakukan tugas penting lainnya.

Kebiasaan ini juga mempengaruhi kemampuan otak untuk fokus dan berkonsentrasi. Dengan terbiasa menerima informasi dalam potongan kecil dan cepat, otak menjadi kesulitan untuk beradaptasi dengan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi jangka panjang, seperti membaca atau belajar.

Akibatnya, banyak pengguna merasa gelisah atau mudah terganggu saat harus fokus pada tugas yang memerlukan perhatian lebih.

Baca Juga: Anak Anda Menelan Baterai Kancing Litium: Selamatkan Nyawa, Segera Berikan Madu!

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tia mardwi

Sumber: voi.id, BBC

Tags

Artikel Terkait

Terkini

7 Nilai Utama yang Perlu Diajarkan Pada Anak Lelaki

Minggu, 30 November 2025 | 23:31 WIB

7 Nilai Utama yang Perlu Diajarkan pada Anak Perempuan

Minggu, 30 November 2025 | 23:30 WIB

Tips Menghadapi Anak Balita yang Sedang Tantrum

Minggu, 30 November 2025 | 22:51 WIB

Terpopuler

X