Keadaan ini ada kaitannya dengan hormon estrogen, yang ternyata bisa ikut mengganggu cara kerja kelenjar tiroid dalam tubuh.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan darah guna melihat kadar hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone), T3, dan T4. Pemeriksaan lanjutan seperti USG tiroid atau scanning radioaktif bisa dilakukan jika dicurigai ada nodul atau pembesaran tiroid.
Dalam kasus wanita yang viral tersebut, pemeriksaan dilakukan oleh dokter endokrinologi di Penang dan langsung mendapatkan diagnosis tiroid yang sebelumnya tidak terdeteksi di tiga rumah sakit di Indonesia.
Pengobatan dan Manajemen
Untuk Hipotiroidisme, pengobatan biasanya berupa konsumsi hormon tiroid sintetis (levothyroxine) seumur hidup. Dosis akan disesuaikan secara berkala sesuai hasil tes darah.
Untuk Hipertiroidisme, pengobatan lebih beragam, tergantung keparahan:
- Obat penekan produksi hormon tiroid (seperti methimazole)
- Terapi yodium radioaktif untuk mengecilkan kelenjar tiroid
- Operasi pengangkatan tiroid (tiroidektomi) pada kasus tertentu
Dalam kondisi ringan atau awal, seperti yang dialami ibu dalam kisah tersebut, dokter biasanya akan meresepkan obat dan menyarankan rawat jalan, tanpa perlu tindakan invasif.
Di samping menjalani pengobatan medis, orang dengan gangguan tiroid juga dianjurkan untuk:
- Mengelola stres agar tidak berlebihan
- Mengonsumsi makanan bergizi dengan kandungan yodium, selenium, dan zinc yang cukup
- Melakukan olahraga ringan secara teratur
- Memeriksa kadar hormon secara berkala setiap 3 hingga 6 bulan
- Menghindari rokok dan alkohol
Baca Juga: 8 Manfaat Gula Merah, dapat Menstabilkan Gula Darah hingga Meningkatkan Metabolisme
Penyakit tiroid seringkali berkembang diam-diam namun membawa dampak besar pada kualitas hidup. Cerita nyata tentang wanita yang akhirnya membawa ibunya ke luar negeri hingga menemukan diagnosa yang tepat menjadi pengingat bahwa memahami tubuh sendiri adalah langkah awal dalam mencegah dan mengatasi penyakit secara bijak.
Jika Anda atau orang terdekat menunjukkan gejala mencurigakan seperti yang dijelaskan di atas, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter spesialis, bukan hanya mengandalkan dugaan atau menganggap sepele.***