Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi perubahan warna pada kulit dan mata menjadi kuning, kondisi yang dikenal sebagai jaundice.
Baca Juga: Mengenal Gejala Gagal Ginjal Akut Dan HUS Akibat Infeksi E.Coli: Waspadai Sejak Dini
Warna urin menjadi lebih gelap seperti teh, sedangkan warna feses bisa berubah menjadi lebih pucat. Selain itu, pembengkakan di perut, tubuh mudah lelah, dan rasa sakit di sekitar hati juga dapat menjadi tanda adanya gangguan serius.
Pemeriksaan dan Diagnosis
Langkah paling efektif untuk memastikan adanya kerusakan hati akibat zat toksik adalah melalui pemeriksaan laboratorium, khususnya tes fungsi hati.
Dalam pemeriksaan ini, dokter akan mengevaluasi kadar beberapa enzim hati seperti ALT (SGPT), AST (SGOT), bilirubin, dan alkaline phosphatase.
Peningkatan kadar enzim ALT merupakan indikator utama adanya kerusakan hati. Jika nilainya meningkat hingga lima kali lipat dari batas normal, maka kondisi tersebut dikategorikan sebagai hepatotoksisitas berat.
Meski peningkatan enzim ini seringkali tidak menimbulkan keluhan, deteksi dini sangat penting agar kerusakan tidak berlanjut ke tahap yang lebih parah.
Pentingnya Deteksi Dini dan Pemantauan Rutin
Mengingat kerusakan hati dapat berkembang tanpa gejala yang jelas, pemeriksaan fungsi hati secara berkala sangat disarankan, terutama bagi mereka yang rutin mengonsumsi obat-obatan atau suplemen herbal. Idealnya, tes ini dilakukan setidaknya dua kali dalam setahun untuk mendeteksi perubahan fungsi hati sedini mungkin.
Jika gejala hepatotoksisitas terlanjur muncul, penting untuk segera menghentikan paparan terhadap zat penyebab dan berkonsultasi dengan tenaga medis.
Dalam banyak kasus, kerusakan hati yang masih dalam tahap ringan hingga sedang masih dapat pulih sepenuhnya jika ditangani dengan cepat dan tepat.***