SURATDOKTER.com - Virus Human Metapneumovirus (HMPV) menjadi perhatian di Indonesia setelah dikonfirmasi mulai menyebar pada awal tahun 2025.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (BGS) menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu panik karena HMPV bukanlah virus baru dalam dunia medis.
Virus ini sebenarnya telah terdeteksi di Indonesia sebelumnya. Berdasarkan data dari beberapa laboratorium, sejumlah kasus HMPV telah ditemukan pada anak-anak.
Baca Juga: Kisah Tragis: Perut Wanita Meledak dan Usus Keluar Setelah Batuk Akibat Covid-19
BGS menekankan bahwa HMPV memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa. Gejala yang umum ditemukan meliputi batuk, pilek, demam, dan sesak napas.
Sebagian besar kasus HMPV bersifat ringan hingga sedang dan dapat pulih tanpa perawatan khusus.
Namun, kelompok rentan seperti bayi, lansia di atas 65 tahun, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu perlu lebih waspada karena berisiko mengalami komplikasi.
Karakteristik HMPV dan Cara Penularannya
HMPV menyebar melalui droplet atau percikan air liur dari individu yang terinfeksi, mirip dengan cara penyebaran flu biasa. Virus ini umumnya tidak mematikan, namun pada kasus tertentu, seperti bayi prematur atau lansia dengan masalah imunitas, komplikasi dapat terjadi.
Baca Juga: Arab Saudi Melarang Impor Unggas dari Polandia Terkait Dengan Adanya Kasus Flu Burung
Epidemiolog Dicky Budiman menjelaskan bahwa tingkat penyebaran HMPV lebih rendah dibandingkan dengan pandemi COVID-19, sehingga tidak dianggap berbahaya seperti varian-varian COVID-19.
Meski begitu, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga pola hidup sehat. Upaya pencegahan seperti mencuci tangan secara rutin, menggunakan masker saat sakit, dan menjaga jarak dengan orang lain yang sedang sakit menjadi langkah penting.
Selain itu, konsultasi dengan tenaga medis diperlukan jika muncul gejala yang mencurigakan.
Perbandingan HMPV dan Varian COVID-19
COVID-19 dikenal memiliki berbagai varian seperti Alpha, Delta, Omicron, Eris, dan Arcturus yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda.
Varian Alpha, misalnya, diketahui lebih menular daripada virus awal dan berpotensi menimbulkan gejala berat, seperti kedinginan, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, dan nyeri otot.