SuratDokter.com – Normalnya, sistem imun berfungsi melindungi tubuh dari serangan organisme asing seperti bakteri dan virus. Ketika diserang organisme asing, sistem kekebalan tubuh melepaskan protein yang disebut antibodi untuk melawan dan mencegah penyakit.
Namun, pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menganggap sel-sel tubuh yang sehat sebagai benda asing. Akibatnya, antibodi yang dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat tersebut.
Penyebab Penyakit Autoimun
Penyebab penyakit autoimun secara pasti masih belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan risiko terkena penyakit autoimun, yakni:
- Memiliki riwayat penyakit autoimun dalam keluarga
- Memiliki infeksi bakteri atau virus, seperti infeksi virus Epstein Barr.
- Terpapar bahan kimia seperti asbes, merkuri, dioksin, atau pestisida.
- Merokok.
- Kegemukan atau obesitas.
Gejala Penyakit Autoimun
Beberapa jenis penyakit autoimun memiliki gejala awal yang serupa, antara lain:
- Sering merasa lemas
- Nyeri otot atau sendi
- Ruam kulit
- Demam yang datang dan pergi
- Pembengkakan pada sendi atau wajah
- Rambut rontok
- Sulit berkonsentrasi
- Tangan atau Kaki kesemutan
Baca Juga: Banyak Diidap oleh Wanita dan Gadis Remaja, Apa Sebenarnya Penyakit Autoimun?
Meski menimbulkan beberapa gejala awal yang sama, setiap penyakit autoimun memiliki gejala yang spesifik, seperti diabetes tipe 1 di mana gejalanya berupa sering haus, lemas, dan penurunan berat badan yang cepat.
Gangguan Autoimun selama Kehamilan
Berikut ini merupakan gangguan autoimun selama kehamilan:
Sindrom Antifosfolipid
Sindrom antifosfolipid menyebabkan penggumpalan darah terbentuk terlalu mudah atau berlebihan dan dapat menyebabkan gejala berikut selama kehamilan:
- Keguguran atau lahir mati.
- Hipertensi atau preeklampsia.
- Janin mungkin tidak tumbuh seperti yang diharapkan (kecil untuk usia kehamilan).
Untuk mendiagnosis sindrom antifosfolipid, dokter akan mengambil tindakan dengan:
- Menanyakan tentang bayi lahir mati, keguguran tanpa sebab, kelahiran prematur, atau masalah pembekuan darah di masa lalu.
- Melakukan setidaknya dua tes darah untuk mendeteksi antibodi antifosfolipid.
Informasi ini akan membantu dokter dalam mendiagnosis sindrom antifosfolipid.
Jika seorang ibu menderita sindrom antifosfolipid, ia biasanya diobati dengan antikoagulan dan aspirin dosis rendah selama kehamilan dan selama 6 minggu setelah kelahiran. Perawatan tersebut dapat mencegah pembekuan darah dan komplikasi kehamilan.
Trombositopenia Imun (ITP)
Pada trombositopenia imun, antibodi mengurangi jumlah trombosit dalam aliran darah. Jumlah trombosit yang terlalu sedikit (trombositopenia) dapat menyebabkan perdarahan berlebihan pada ibu hamil dan bayinya.
Jika trombositopenia imun tidak diobati selama kehamilan, kondisi ini cenderung menjadi lebih parah. Antibodi yang menyebabkan penyakit ini dapat melewati plasenta dan mencapai janin, namun kecil kemungkinannya mempengaruhi jumlah trombosit janin. Janin biasanya bisa lahir normal.
Berikut pengobatan trombositopenia imun: