Selain itu, kemungkinan adanya faktor genetik juga turut berperan dalam perkembangan kondisi ini.
Menurut penelitian, sindrom auto-brewery memerlukan beberapa faktor yang saling berinteraksi agar bisa terjadi. Di antaranya adalah konsumsi karbohidrat tinggi, disbiosis usus, dan adanya mikroorganisme penghasil alkohol dalam jumlah besar.
Penyakit penyerta seperti diabetes, gangguan hati, dismotilitas usus, serta penyakit radang usus juga dikaitkan dengan munculnya sindrom ini.
Sebelum mendapatkan diagnosis yang tepat, wanita ini menghadapi kesulitan besar dalam kehidupan sosialnya. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa ia menyembunyikan kebiasaan minum alkohol atau bahkan mengalami kecanduan. Stigma ini membawa dampak psikologis yang tidak ringan baginya dan keluarga.
Para dokter menyatakan bahwa sindrom pembuatan bir otomatis dapat membawa konsekuensi sosial, hukum, dan medis yang serius.
Banyak pasien yang mengalami kesulitan meyakinkan orang-orang di sekitar mereka bahwa mereka benar-benar tidak minum. Oleh karena itu, kesadaran tentang kondisi medis ini sangat penting agar masyarakat tidak langsung menghakimi penderita.
Pengobatan dan Pemulihan
Setelah mendapatkan diagnosis yang tepat, wanita tersebut menjalani pengobatan dengan obat antijamur untuk membasmi mikroorganisme penyebab fermentasi alkohol dalam ususnya. Selain itu, dokter juga merekomendasikan diet rendah karbohidrat guna mengurangi bahan baku fermentasi.
Secara perlahan, kondisinya mulai membaik, dan ia tidak lagi mengalami gejala mabuk seperti sebelumnya.
Meski masih ada tantangan dalam mengelola sindrom ini, setidaknya ia merasa lega karena akhirnya menemukan jawaban atas penderitaannya selama bertahun-tahun.
Kisah ini mengajarkan bahwa tidak semua masalah kesehatan dapat dengan mudah dipahami atau diterima oleh masyarakat. Ketidaktahuan mengenai kondisi medis yang langka bisa mengakibatkan stigma dan kesalahpahaman yang merugikan.
Oleh karena itu, penting untuk selalu berpikiran terbuka dan mendukung mereka yang sedang berjuang melawan penyakit, terutama ketika gejalanya tampak tidak biasa.
Perjuangan wanita ini menunjukkan bahwa harapan selalu ada selama kita tidak menyerah mencari jawaban. Pada akhirnya, ketekunan dalam mencari diagnosis yang benar dapat mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik.***
Artikel Terkait
Alkohol bisa Sebabkan Kebutaan, Benarkah? Kenali Bahaya dan Gejalanya!
Jangan Lagi Gunakan Alkohol Untuk Membersihkan Luka, Lebih Baik Gunakan Ini!
Hati-hati, Ini Dampak Buruk Minum Alkohol pada Orang Tua atau Lansia!
Apakah Tisiu Basah Non Alkohol Benar Bisa Membunuh Kuman dan Bakteri?
Mengkonsumsi Alkohol Bisa Meningkatkan Resiko Terkena 7 Jenis Kanker Ini