Namun, mulai dari tindakan ketiga hingga kelima, biaya sepenuhnya ditanggung melalui BPJS dan pihak yang bertanggung jawab hanya membantu dalam bentuk ongkos transportasi.
Lebih lanjut, keluarga menyebut bahwa pelaku akhirnya tidak lagi menunjukkan kepedulian seperti yang dijanjikan dalam kesepakatan awal.
Merasa kondisi anak tidak mendapat perhatian serius, ibu korban mulai menceritakan kejadian tersebut melalui video di media sosial. Cerita ini pun menyebar luas dan menarik simpati dari banyak warganet. Banyak yang turut bersuara agar kasus ini mendapat penanganan hukum yang adil.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa prosedur medis, termasuk sunat yang dianggap rutin, tetap harus dilakukan oleh tenaga profesional dengan kompetensi jelas dan standar keamanan tinggi.
Orang tua perlu berhati-hati dalam memilih tempat pelayanan kesehatan, terutama untuk tindakan yang melibatkan organ tubuh sensitif seperti alat kelamin.
Keselamatan pasien, khususnya anak-anak, harus menjadi prioritas utama. Ketelitian, tanggung jawab, dan transparansi sangat dibutuhkan dalam setiap prosedur medis.
Semoga kejadian ini dapat menjadi pelajaran bersama agar tidak terulang di kemudian hari, serta korban mendapat pemulihan fisik dan psikologis yang optimal.***
Artikel Terkait
Bahaya Sunat pada Bayi Perempuan, Ada Jangka Pendek dan Panjang yang Harus Diperhatikan
Heboh Anak asal Jakarta Utara di Sunat Jin Setelah Buang Air Kecil di Kali, Kata dokter: Itu Parafimosis
Seorang Pria Mengalami Impotensi Akibat Malpraktik di Klinik Kesehatan Pria
Dugaan Adanya Malpraktik Dalam Persalinan Seorang Ibu di Puskesmas Kemiri
Viral! Korban Malpraktik Klinik Kecantikan: 12 Jam Kejang Setelah Overdosis Anastesi Tapi Malah Dikira Kesurupan