Keduanya juga menyadari bahwa banyak orang sering merasa sudah memahami diri sendiri, padahal masih banyak sisi tersembunyi dalam diri yang bisa berdampak negatif pada kehidupan pribadi atau lingkungan sekitarnya.
Lebih lanjut, Fisti menyampaikan bahwa dengan berkonsultasi rutin ke psikiater, ia dan suaminya merasa lebih mudah mengatasi konflik dalam pernikahan.
Keduanya merasa bahwa sering kali masalah tidak terselesaikan karena ada kesalahpahaman emosi yang tidak disadari. Mereka pun berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan cara memahami diri masing-masing lebih dalam.
Selain itu, Fisti menekankan bahwa salah satu tujuan dari perawatan kesehatan mental mereka adalah untuk memutus rantai trauma antargenerasi.
Menurutnya, trauma yang tidak terselesaikan bisa diturunkan kepada anak-anak atau pasangan.
Baca Juga: Menulis di Buku Harian, Apa Manfaatnya untuk Kesehatan Mental?
Sebagai contoh, perilaku kasar atau temperamental terhadap anak mungkin muncul karena pengalaman masa kecil yang serupa, seperti menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dari orang tua mereka dahulu.
Kisah pasutri di Bandung ini mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan mental, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga demi kebaikan keluarga dan generasi berikutnya.
Mereka berharap agar lebih banyak orang yang berani mencari bantuan profesional, karena mengenali diri dengan baik adalah langkah awal untuk membangun kehidupan yang lebih sehat secara emosional dan mental.***
Artikel Terkait
Kelelahan Mental Caregiver dalam Merawat Disabilitas Itu Nyata: Apa yang Bisa Dilakukan?
Kesehatan Mental Ternyata Juga Dipengaruhi Junk Food atau Makanan Cepat Saji: Ini Penjelasannya!
Usai Dijemput Paksa, Lolly Anak Nikita Mirzani Jalani Terapi Pengobatan Psikis dan Mental
Bukan hanya Soal Seni, Menulis Puisi juga Berdampak pada Kesehatan Pikiran Dan Mental
10 Oktober Menjadi Hari Peringatan Kesehatan Mental Sedunia: Bagaimana Cara Anda Ikut Ambil Bagian?