Kontroversi ini menjadi sorotan di kalangan akademisi dan masyarakat, menekankan pentingnya dialog terbuka dan keselarasan pandangan antara pimpinan universitas dengan staf akademis dalam menghadapi isu-isu penting dalam dunia pendidikan kedokteran.
Solidaritas Dokter dan Keluarga Besar Civitas Akademik FK Unair Ancam Mogok Kerja
Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tengah dilanda gelombang protes dan solidaritas besar-besaran menyusul pemecatan Prof. Dr. dr. Budi Santoso dari jabatannya menjadi Dekan FK Unair pada 5 Juli 2024 lalu.
Kembali, keputusan kontroversial ini dipicu oleh penolakan Prof. Budi terhadap rencana Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mendatangkan dokter asing ke Indonesia.
Aksi solidaritas yang meliputi aksi demo, mogok kerja, dan penggalangan dukungan telah menjalar di tengah-tengah komunitas akademis FK Unair.
Ratusan guru besar, mahasiswa FK Unair, solidaritas dokter dan dosen Unair telah melakukan mogok kerja dan turut serta dalam aksi ini, mengecam keputusan Rektorat Unair sebagai tindakan yang tidak adil.
Gedung Fakultas Kedokteran Kampus A Unair dipenuhi dengan karangan bunga sebagai bentuk dukungan untuk Prof. Budi Santoso.
Lebih dari 30 rangkaian bunga yang terpasang di depan gedung, menggambarkan dukungan yang kuat dari kolega-kolega dan mahasiswa.
Mantan Rektor Unair 2001-2006, dr. Puruhito juga terlihat hadir dalam aksi tersebut.
"Saya berdiri di hadapan sekalian sebagai warga Fakultas Kedokteran (FK) Unair dan mantan rektor. Saya sangat berduka cita atas apa yang terjadi terhadap dekan kami, Profesor Bus (Budi Santoso, red)," kata dr. Puruhito dalam doanya yang dikutip dari sumber.
Di samping itu, pengajar dan siswa juga mengancam akan mogok belajar dan mengajar sebagai bentuk protes atas pemecatan yang mereka anggap tidak berdasar ini.
Profesor bedah saraf Unair, dr. Abdul Hafid Bajamal, menegaskan bahwa Prof. Budi tidak melanggar hukum atau melakukan tindakan yang dapat menyebabkan pencopotan jabatannya menurut undang-undang Unair.
Dalam konteks ini, solidaritas dari sivitas akademika FK Unair tidak hanya menggambarkan dukungan terhadap Prof. Budi, tetapi juga sebagai sikap tegas untuk mempertahankan kebebasan berpendapat dalam lingkungan akademis.
Keputusan Unair untuk mencopot Prof. Budi Santoso sebagai dekan FK Unair telah menjadi pusat perhatian publik, menyoroti pentingnya dialog terbuka dan penghargaan terhadap keberagaman pandangan di sebuah institusi pendidikan tinggi.
Diharapkan, FK Unair dapat terus memberikan kontribusi positif bagi kemajuan pendidikan dan kesehatan di Indonesia, tanpa mengorbankan prinsip keadilan dan kebebasan akademis.
Artikel Terkait
Pengalaman Operasi Gigi Bungsu di RSGM UNAIR
Yakin Mau Jadi Dokter? Begini Lho Lika-liku Perjalanan Dokter Berikut Gajinya
Faizal Okta Widiyanto Lulusan Pondok Pesantren yang Sukses Masuk Sekolah Kedokteran Unair, Ini Ceritanya
Dokter Sudanto: Mengabdi di Papua dengan Tarif Rp2.000, Dijuluki 'Dokter Rasa Tukang Parkir'
Dipecat Sepihak Karena Tolak Dokter Asing, Prof Budi Santoso Kirim Surat Keberatan ke Rektorat Unair