SURATDOKTER.com - Minyak sayur yang dibrominasi (Brominated Vegetable Oil/BVO) telah lama digunakan dalam industri makanan dan minuman sebagai bahan tambahan untuk menjaga stabilitas rasa, khususnya dalam minuman berperisa jeruk.
Namun, pada 2 Juli 2024, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memutuskan untuk melarang penggunaannya.
Peraturan ini akan diberlakukan mulai 2 Agustus 2024, meskipun penerapan penuh akan dimulai pada Agustus 2025 untuk memberi waktu bagi produsen menyesuaikan produk mereka.
Mengapa BVO Dilarang?
Keputusan FDA untuk melarang BVO tidak datang tanpa alasan. Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Food and Chemical Toxicology menemukan hubungan antara konsumsi bahan kimia ini dengan peningkatan kadar bromin dalam jaringan tubuh dan dampaknya terhadap fungsi tiroid.
Studi tersebut dilakukan pada tikus dan menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan, sehingga memicu FDA untuk meninjau ulang izin penggunaan BVO dalam makanan dan minuman.
Menurut FDA, menilai ulang keamanan bahan kimia yang sebelumnya dianggap aman merupakan prioritas penting, terutama ketika data baru yang relevan tersedia. Dalam hal ini, penelitian memberikan bukti kuat bahwa BVO bukan lagi bahan yang dapat dianggap aman untuk dikonsumsi manusia.
Baca Juga: Minyak Kemiri: Perawatan Alami Serbaguna bagi Kesehatan
Reaksi dari Industri dan Konsumen
Sebenarnya, beberapa produsen minuman besar telah lebih dulu menghentikan penggunaan BVO dalam produk mereka.
Namun, masih ada beberapa merek minuman dan jus jeruk yang tetap menggunakan bahan ini.
Langkah FDA ini memaksa seluruh industri makanan dan minuman untuk beradaptasi, baik dengan merumuskan ulang produk mereka maupun menghabiskan stok yang ada.
Meski FDA memberikan tenggat waktu hingga 2025 untuk penerapan penuh, keputusan ini tetap disambut baik oleh kelompok advokasi konsumen.
Menurut Pusat Sains untuk Kepentingan Publik, larangan ini sudah seharusnya dilakukan sejak lama, mengingat risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh bahan tersebut.
Larangan di Negara Lain
Uni Eropa telah melarang penggunaan BVO sejak 2008, diikuti oleh Jepang pada 2010. Langkah ini menunjukkan bahwa banyak negara lain telah mengambil tindakan lebih awal dalam melindungi warganya dari paparan bahan tambahan berbahaya.
Scott Faber, seorang wakil presiden senior dari kelompok advokasi Environmental Working Group, menyebutkan bahwa tindakan FDA yang terlambat ini menyoroti perlunya pengawasan yang lebih ketat dan tepat waktu terhadap bahan tambahan makanan di masa depan.
Artikel Terkait
7 Cara Ampuh Mengobati Gusi Bengkak Karena Gigi Berlubang, Salah Satunya Menggunakan Minyak Cengkeh
Cara Mengurangi Cipratan Minyak saat Menggoreng Hanya dengan Bawang Putih
Ini Dia Sederet Manfaat Minyak Zaitun Bagi Kesehatan Kulit!
Manfaat Minyak Oregano Bagi Kesehatan, Efek Samping Hingga Cara Membuatnya Sendiri!
Minyak Kemiri: Perawatan Alami Serbaguna bagi Kesehatan