SURATDOKTER.com - Hampir semua pasien yang akan menjalani operasi diminta untuk tidak makan dan minum selama beberapa jam sebelum tindakan.
Sebagian orang menganggap aturan ini berlebihan, apalagi jika operasi dilakukan pagi hari. Namun larangan ini bukan tanpa alasan — justru menjadi bagian penting dari prosedur keselamatan pasien.
Menurut pedoman dari American Society of Anesthesiologists (ASA), tujuan utama puasa pra-operasi adalah mencegah masuknya isi lambung ke saluran napas saat pasien tidak sadar karena anestesi.
Saat anestesi diberikan, refleks menelan dan batuk yang biasanya melindungi tenggorokan akan hilang. Jika perut masih berisi makanan atau minuman, isinya bisa naik ke tenggorokan dan tersedot ke paru-paru, menyebabkan kondisi berbahaya yang disebut aspirasi paru.
Baca Juga: Mengapa di Ruang Operasi Wajib Memakai Sarung Tangan dan Menjaga Sterilitas?
Bagaimana Mekanisme Risikonya Terjadi
Secara sederhana, tubuh manusia memiliki sistem pertahanan alami terhadap makanan yang salah jalur. Saat sadar, otot di sekitar tenggorokan menutup saluran napas ketika kita menelan. Tapi dalam keadaan tidak sadar akibat anestesi, otot ini melemah dan tidak bisa bereaksi.
Jika lambung masih penuh, tekanan di dalam perut bisa mendorong isinya ke atas. Cairan asam lambung, sisa makanan, atau bahkan air putih yang belum tercerna bisa masuk ke paru-paru.
Begitu hal ini terjadi, bisa timbul peradangan parah yang disebut pneumonitis aspirasi — komplikasi serius yang dapat menyebabkan sesak napas berat, infeksi paru, hingga gagal napas.
Oleh karena itu, puasa pra operasi menjadi langkah pencegahan utama agar perut dalam keadaan kosong dan risiko aspirasi bisa dihindari.
Berapa Lama Waktu Puasa yang Diperlukan
Setiap jenis makanan memiliki waktu cerna berbeda, sehingga lama puasa juga disesuaikan dengan jenis konsumsi terakhir. Berdasarkan pedoman medis internasional:
- Makanan berat (nasi, daging, gorengan): minimal 8 jam sebelum operasi.
- Makanan ringan (roti, biskuit, sup bening): minimal 6 jam.
- Susu formula atau susu sapi: minimal 6 jam.
- ASI: 4 jam sebelum tindakan.
- Cairan jernih (air putih, teh tanpa gula, jus tanpa ampas): diperbolehkan sampai 2 jam sebelum anestesi.
Beberapa rumah sakit menetapkan aturan puasa total (tanpa makan dan minum) mulai tengah malam sebelum operasi, agar lebih aman dan seragam bagi seluruh pasien.
Baca Juga: Heboh di India! Dokter Gadungan Lakukan Operasi Caesar Tanpa Masker dan Sterilitas
Apakah Risiko Sama untuk Semua Jenis Operasi?
Tidak semua operasi memerlukan aturan puasa yang sama, tergantung jenis anestesi yang digunakan.
- Operasi dengan anestesi umum (pasien tidak sadar sepenuhnya) memiliki risiko aspirasi paling tinggi, sehingga puasa menjadi wajib.
- Anestesi lokal atau regional (pasien masih sadar, hanya area tubuh tertentu yang dibius) kadang tidak memerlukan puasa panjang, tetapi dokter tetap menyarankan untuk menghindari makanan berat.
Selain itu, pasien dengan kondisi tertentu seperti obesitas, diabetes, refluks asam lambung, atau kehamilan memiliki risiko lebih besar mengalami aspirasi, sehingga waktu puasanya bisa lebih lama.