Para peneliti menyimpulkan bahwa intermittent fasting dapat menjadi intervensi non-farmakologis yang menjanjikan untuk menjaga kesehatan otak di usia lanjut.
Mekanisme yang Diduga Berperan
Ada beberapa cara intermittent fasting membantu memperlambat penuaan otak:
- Mengurangi stres oksidatif – Puasa menurunkan jumlah radikal bebas yang dapat merusak sel otak.
- Meningkatkan autofagi – Proses alami di mana sel membersihkan diri dari komponen rusak, termasuk di jaringan otak.
- Memperbaiki sensitivitas insulin – Menurunkan risiko diabetes yang diketahui mempercepat kerusakan otak.
- Meningkatkan aliran darah ke otak – Membantu pasokan oksigen dan nutrisi lebih baik ke sel saraf.
Manfaat Lain untuk Kesehatan Mental
Selain efek pada penuaan otak, intermittent fasting juga dikaitkan dengan perbaikan suasana hati dan penurunan risiko depresi. Peningkatan BDNF dan kestabilan kadar gula darah membantu menjaga kestabilan emosi.
Beberapa peserta studi melaporkan tidur lebih nyenyak dan konsentrasi yang meningkat setelah menjalani pola ini.
Hal yang Perlu Diperhatikan
Meskipun manfaatnya besar, intermittent fasting tidak cocok untuk semua orang. Beberapa kondisi yang perlu diwaspadai antara lain:
- Orang dengan riwayat diabetes yang menggunakan obat penurun gula darah.
- Ibu hamil dan menyusui.
- Anak-anak dan remaja dalam masa pertumbuhan.
- Orang dengan gangguan makan tertentu.
Disarankan untuk memulai secara bertahap, misalnya dengan pola 12:12 sebelum beralih ke 16:8, serta selalu memastikan asupan gizi tetap seimbang saat jam makan.
Baca Juga: Dianggap Efektif Menurunkan Berat Badan, Berikut Manfaat, Cara dan Risiko Diet Intermitten Fasting
Intermittent fasting terbukti tidak hanya membantu menjaga berat badan, tetapi juga memberi manfaat besar bagi kesehatan otak.
Penelitian menunjukkan bahwa pola ini, jika dilakukan selama 8 minggu, dapat memperlambat penuaan otak hingga setara dengan membalikkan usia otak 2,5 tahun.
Meskipun hasil ini sangat menjanjikan, intermittent fasting tetap harus dilakukan dengan bijak dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing.
Dengan kombinasi gaya hidup sehat lainnya, pola makan ini bisa menjadi salah satu cara sederhana untuk menjaga otak tetap tajam hingga usia lanjut.***
Artikel Terkait
Fenomena “Digital Detox”: Benarkah Puasa Gadget Bisa Bikin Hidup Lebih Sehat dan Bahagia?
Belajar dari Mpok Atiek, Ini Risiko Kesehatan karena Terlalu Banyak Makan Makanan Manis saat Buka Puasa
Hadis dan Niat Puasa Arafah yang Dilakukan Setiap Menjelang Idul Adha
Ini 3 Keutamaan Bagi Umat Muslim yang Menjalankan Puasa Arafah
Beda Sehari, Ini Jadwal Puasa Tasua dan Asyura Versi Pemerintah dan Muhammadiyah