Hal ini sejalan dengan pemahaman ilmiah sebelumnya bahwa tidur yang berkualitas, terutama pada fase tidur dalam atau tidur gelombang lambat, memungkinkan otak membersihkan diri dari limbah metabolik dan zat-zat beracun yang menumpuk sepanjang hari.
Walau begitu, para peneliti mengingatkan bahwa penggunaan obat tidur tidak bisa dianggap sebagai solusi jangka panjang untuk mencegah Alzheimer.
Penggunaan rutin obat tidur bisa menimbulkan ketergantungan, dan tidak semua obat tidur mampu mendorong fase tidur dalam yang diperlukan untuk proses pembersihan otak secara optimal.
Oleh karena itu, langkah yang lebih aman dan disarankan adalah dengan meningkatkan kebersihan tidur, seperti menjaga jadwal tidur yang teratur, mengurangi konsumsi kafein, serta menangani gangguan tidur seperti sleep apnea.
Sementara itu, teori utama yang selama ini digunakan dalam riset Alzheimer – yaitu bahwa penumpukan protein amiloid dan tau menjadi penyebab utama kerusakan otak – mulai dipertanyakan, karena belum ada pengobatan berbasis teori tersebut yang terbukti benar-benar efektif.
Namun, hubungan antara kualitas tidur dan kesehatan otak tetap menjadi fokus penting dalam studi-studi terbaru.
Penelitian ini memperkuat gagasan bahwa tidur bukan hanya kebutuhan tubuh, tetapi juga bagian penting dalam menjaga kesehatan otak.
Meskipun belum ada rekomendasi medis resmi untuk menggunakan suvorexant sebagai pencegahan Alzheimer, studi ini membuka kemungkinan bahwa tidur yang berkualitas bisa menjadi salah satu kunci untuk memperlambat proses neurodegeneratif.
Baca Juga: Benarkah Otak Menyusut Karena Efek Asap Rokok Berpeluang Alzheimer
Para ahli berharap akan ada penelitian lanjutan dengan durasi lebih panjang dan partisipan yang lebih banyak untuk menguji dampak jangka panjang dari penggunaan obat tidur terhadap kadar protein Alzheimer.
Dengan tidak adanya pengobatan yang benar-benar efektif untuk Alzheimer hingga saat ini, menjaga kualitas tidur bisa menjadi langkah sederhana namun signifikan untuk kesehatan otak jangka panjang.
Penelitian ini memberi gambaran bahwa tidur yang cukup dan berkualitas bukan hanya untuk mengatasi kelelahan, tetapi juga bisa menjadi bagian dari upaya pencegahan terhadap salah satu penyakit otak paling menantang di dunia.***
Artikel Terkait
Benarkah Otak Menyusut Karena Efek Asap Rokok Berpeluang Alzheimer
Benarkan Bagian Otak yang Terkait Dengan Musik dan Seni Tidak Bisa Rusak Oleh Alzheimer?
Peneliti Mengungkapkan Perut Buncit Jadi Salah Satu Gejala Awal dari Penyakit Alzheimer!
Benarkah Darah Menstruasi Kelak Bisa Menjadi Alternatif Pengobatan Alzheimer
Studi Terbaru Mengatakan Kesepian Bisa Sebabkan Gangguan Ingatan Hingga Alzheimer