Sehingga, perlindungan dengan kostum ini menjadi langkah preventif yang diambil untuk meminimalisir resiko terkena infeksi.
Beberapa sejarawan, seperti Mary Dobson dalam bukunya Murderous Contagion: A Human History of Disease, menyatakan bahwa kostum tersebut berfungsi untuk melindungi dokter dari gigitan kutu yang membawa penyakit.
Di samping itu, meskipun dokter wabah berperan penting dalam merawat pasien, mereka juga sering dikaitkan dengan kematian.
Karena banyak pasien yang tidak dapat bertahan hidup dari wabah, dokter wabah juga bertugas mendata pasien yang meninggal dan menguburkan mereka.
Dalam masyarakat Eropa pada masa itu, para dokter wabah dianggap sebagai "malaikat maut", mengingat mereka yang mendekati pasien dengan penyakit mematikan sering kali berakhir dengan kematian juga.
Seiring berjalannya waktu, kostum dokter wabah ini mulai menjadi simbol teror dan kematian.
Selain digunakan dalam konteks medis, topeng berparuh burung ini juga menjadi bagian dari berbagai budaya populer. Sebagai contoh, band rock Swedia, ghost, menggunakan kostum ini dalam video klip mereka untuk lagu Dance Macabre.
Dalam video klip tersebut, topeng dengan paruh burung menjadi simbol ketakutan terhadap wabah, sekaligus menggambarkan kontras antara kehidupan dan kematian yang terjadi pada masa wabah.
Topeng wabah ini juga muncul dalam karya sastra, seperti dalam novel Inferno karya Dan Brown, di mana topeng berparuh panjang digunakan untuk menimbulkan rasa teror pada tokoh utama.
Baca Juga: Wabah Penyakit Perut di Amerika Serikat Kembali di Musim Dingin Kali Ini
Transformasi simbolisme ini menunjukkan bagaimana topeng yang awalnya digunakan sebagai alat perlindungan kini berfungsi sebagai objek yang mengundang rasa takut dan misteri.
Dari penggunaan praktis sebagai pelindung diri hingga makna yang berkembang dalam budaya pop, topeng dokter wabah telah melewati perjalanan panjang.
Pada masa Black Death, kostum tersebut merupakan satu-satunya cara bagi para dokter untuk melindungi diri dari wabah yang mematikan.
Namun, seiring waktu, kostum ini menjadi lebih dari sekadar alat perlindungan. Kini, ia menjadi simbol dari kengerian dan kematian yang melekat erat dengan sejarah panjang wabah di Eropa.***
Artikel Terkait
Kongo Dilanda Wabah Malaria di Tengah Krisis Kesehatan yang Berlangsung
Perempuan dan Anak di Uganda Terkena Wabah Dinga-Dinga, Penderitanya Terus Menari
Wabah Penyakit Perut di Amerika Serikat Kembali di Musim Dingin Kali Ini
Virus HMPV Merebak, Indonesia di Ambang Wabah Baru?
Lebih dari 200 Penumpang Kapal Pesiar Queen Mary 2 Terkena Wabah Norovirus