SURATDOKTER.com - Makanan cepat saji atau fast food, seperti pizza, hamburger, donat, atau keripik kentang, selalu menggoda untuk disantap bagi mereka yang tidak tahu bahayanya.
Makanan cepat saji biasanya mengandung banyak kalori, lemak, garam, dan gula, tetapi tidak cukup nutrisi untuk tubuh kita, jadi mungkin tidak baik untuk kita.
Sebenarnya, tidak disarankan untuk makan makanan ini setiap hari. Namun, karena praktis, cepat, enak, dan mengenyangkan, akhirnya banyak yang menggemarinya.
Kondisi gizi yang tidak optimal dapat berdampak buruk pada kesehatan dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi dan penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes, dan masalah kesehatan lainnya.
Baca Juga: Tak Hanya Obesitas, Inilah 10 Tanda Anda Memiliki Penyakit Ginjal
Remaja membutuhkan asupan nutrisi yang khusus dibandingkan dengan kelompok umur lainnya.
Kebutuhan ini disebabkan oleh pertumbuhan yang cepat dan perubahan fisiologis yang terjadi selama masa pubertas.
Beberapa kebiasaan atau karakteristik yang dimiliki oleh generasi Z dapat menyebabkan masalah gizi.
Menurut studi, generasi Z cenderung lebih tertarik mengonsumsi makanan cepat saji daripada makanan sehat lainnya.
Di era digital yang terus berkembang, makanan cepat saji menjadi tren di kalangan generasi Z karena kepraktisannya dan ketersediaannya yang tinggi.
Namun, kita harus menyadari bahwa makanan cepat saji umumnya rendah nilai gizi dan mengandung natrium, kalori, dan lemak jahat yang tinggi, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan.
Oleh karena itu, hal ini bertentangan dengan prinsip gizi seimbang yang menyarankan untuk membatasi konsumsi garam, gula, dan lemak agar mencapai status gizi yang normal.
Remaja memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari segi biologis dan psikologis.
Dari segi biologis, remaja memerlukan asupan nutrisi yang seimbang dengan aktivitasnya.
Artikel Terkait
Faktor-Faktor Resiko Kanker Ovarium dan Keterkaitan dengan Obesitas
Waspadai Bahaya Obesitas Pada Anak Sebelum Terlambat