SURATDOKTER.com - Semut sering muncul di dapur atau meja makan, terutama saat ada makanan manis atau terbuka. Tak jarang, kita mendapati makanan favorit yang belum sempat disantap, tiba-tiba dipenuhi semut.
Muncul pertanyaan: apakah makanan yang sudah disemuti itu masih aman dimakan, atau justru sebaiknya dibuang?
Kebiasaan Semut dan Kemungkinan Kontaminasi
Semut adalah serangga kecil yang hidup berkoloni dan sangat tertarik pada sumber makanan, terutama yang mengandung gula. Mereka memiliki penciuman tajam dan mampu melacak sisa makanan hanya dari jejak aroma yang sangat lemah.
Saat semut berjalan di atas makanan, mereka tidak hanya meninggalkan jejak feromon, tetapi juga bisa membawa partikel dari tempat-tempat yang mereka lalui sebelumnya. Beberapa semut melintasi saluran air, tempat sampah, celah lantai, bahkan selokan, yang berisiko mengandung bakteri atau mikroorganisme berbahaya.
Oleh karena itu, keberadaan semut di atas makanan berpotensi menyebabkan kontaminasi, meskipun tidak selalu terlihat oleh mata.
Apakah Semut Membawa Penyakit?
Tidak seperti lalat atau kecoa yang lebih dikenal sebagai pembawa penyakit karena kebiasaan hidupnya, semut tidak dianggap sebagai vektor utama penyakit.
Namun, ini tidak berarti semut benar-benar bersih. Beberapa penelitian menemukan bahwa semut dapat membawa bakteri seperti Salmonella, Staphylococcus, bahkan Escherichia coli (E. coli), tergantung dari mana mereka berasal.
Makanan yang sudah disemuti dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sangat singkat umumnya masih bisa dipertimbangkan untuk dikonsumsi jika benar-benar yakin bahwa semut tersebut berasal dari area yang bersih dan makanan tidak menunjukkan perubahan warna, bau, atau tekstur.
Namun, bila semut datang dari tempat yang kotor atau jumlahnya sangat banyak, risikonya tentu meningkat.
Risiko untuk Anak Kecil dan Orang dengan Imunitas Lemah
Bagi anak-anak, ibu hamil, lansia, atau orang dengan sistem imun yang lemah, makanan yang sudah disemuti sebaiknya dihindari.