Jika organ bisa dicetak menggunakan sel pasien sendiri, teknologi ini tidak hanya dapat mengurangi jumlah orang yang menunggu donor, tetapi juga secara drastis menurunkan risiko penolakan organ dan mungkin menghilangkan kebutuhan akan obat imunosupresif seumur hidup yang berisiko bagi kesehatan.
Cara Kerja 3D Bioprinting Dalam Penerapan Medis
Dalam 3D bioprinting, sel merupakan hal yang penting dalam melakukan proses transplantasi organ.
Prosesnya dimulai dengan menghasilkan sel yang ingin dicetak oleh para peneliti, kemudian sel-sel tersebut diarahkan untuk menjadi jenis sel khusus sesuai dengan organ yang akan dibuat.
Setelah itu, sel-sel tersebut diubah menjadi "tinta hidup" atau bioink, yaitu campuran sel dengan bahan seperti gelatin atau alginat agar memiliki tekstur mirip pasta gigi sehingga bisa dicetak dengan mudah.
Selanjutnya, bioink ini akan dimasukkan ke dalam tabung suntik dan dikeluarkan melalui nozzle, mirip seperti menghias kue dengan krim.
Inilah proses utama dari 3D bioprinting, di mana berbagai jenis sel dicetak menggunakan nozzle yang berbeda.
Setelah pencetakan selesai, jaringan yang dihasilkan terkadang dihubungkan ke pompa untuk mengalirkan oksigen dan nutrisi.
Seiring waktu, jaringan tersebut berkembang sendiri, menjadi lebih matang, dan berfungsi lebih baik.
Baca Juga: Simak Jadwal Program Makanan Bergizi Gratis untuk PAUD hingga SMA di Tahun 2025
Harapan Implementasi 3D Bioprinting di Masa Depan
Meskipun teknologi ini masih terdengar seperti fiksi ilmiah, teknologi ini sebenarnya sudah menjadi kenyataan.
Para ilmuwan telah berhasil mencetak kulit berlapis-lapis, tulang, otot, pembuluh darah, jaringan retina, bahkan mini-organ menggunakan teknologi 3D bioprinting.
Dalam proses pengembangan teknologi ini, hasil cetakan dari teknologi ini belum disetujui sepenuhnya untuk digunakan pada manusia dikarenakan teknologi ini belum sepenuhnya manjur.
Meskipun begitu, salah satu pencapaian penting dalam bidang ini adalah prosedur yang dilakukan pada seorang wanita dari Texas, AS, Alexa, yang merupakan orang pertama menerima implan telinga hasil cetakan 3D dari sel hidup oleh Dokter Bonilla.