SURATDOKTER.com – Dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan teknologi telah membawa perubahan besar di dunia medis.
Salah satu inovasi paling menjanjikan adalah 3D bioprinting, yang kini tidak hanya digunakan dalam industri manufaktur, tetapi juga dalam bidang kesehatan.
Dari pencetakan prostetik hingga jaringan manusia buatan, teknologi ini membuka peluang baru yang sebelumnya hanya ada dalam fiksi ilmiah.
Dengan mengacu pada file digital, program ini mencetak organ lapis demi lapis menggunakan bahan biologis, termasuk jaringan manusia.
Tujuan utamanya adalah untuk menyediakan organ bagi pasien yang membutuhkan transplantasi serta berbagai keperluan medis lainnya.
Meskipun terdengar seperti teknologi masa depan, organ hasil cetak 3D sebenarnya bukanlah hal yang baru.
Organ pertama yang dicetak dengan teknologi 3D dan berhasil ditransplantasikan ke manusia adalah kandung kemih pada tahun 1999 oleh para ilmuwan di Wake Forest Institute for Regenerative Medicine.
Hingga kini, organ tersebut masih berfungsi dengan baik setelah lebih dari dua dekade.
Baca Juga: 10 Tips Menghindari Kerusakan Lutut Hingga Membuatnya Tetap Sehat dan Kuat
Apa Itu 3D Bioprinting?
Organ hasil 3D bioprinting merupakan tiruan organ tubuh yang dibuat menggunakan printer tiga dimensi atau perangkat lunak desain komputer. Fungsi dari teknologi tersebut merupakan tiruan organ yang dibuat dengan mencetak jaringan manusia secara bertahap.
Teknologi ini disebut manufaktur aditif, yaitu proses membangun objek tiga dimensi lapis demi lapis menggunakan perangkat lunak dan file digital.
Dalam hal ini, lapisan jaringan manusia dan bahan biologis lainnya ditambahkan satu per satu hingga membentuk organ yang lengkap. Meskipun masih tergolong bidang baru, penerapannya terus berkembang dengan cepat.
Menurut Administrasi Sumber Daya dan Layanan Kesehatan AS, saat ini, hampir 106.000 orang di AS masih menunggu donor organ, dan ada 17 orang meninggal di setiap saat menunggu proses transplantasi organ.