Tren yang Viral di Dunia Maya
Platform seperti Douyin (TikTok versi Tiongkok) dan Weibo kini ramai dengan video orang dewasa yang menggunakan empeng di tempat kerja, rumah, bahkan sebelum tidur. Mereka menyebut empeng membantu mereka merasa lebih tenang setelah hari yang melelahkan.
Beberapa pengguna mengatakan empeng membantu mereka berhenti menggigit kuku, mengurangi keinginan merokok, atau bahkan mencegah binge eating (makan berlebihan akibat stres).
Produsen lokal pun mulai membuat empeng khusus dewasa dengan desain ergonomis dan bahan aman untuk mulut, bahkan ada yang dilengkapi aroma lavender untuk relaksasi.
Tren ini menunjukkan bagaimana kesehatan mental dan kebutuhan akan relaksasi kini menjadi bagian penting dari gaya hidup masyarakat urban di Asia Timur.
Baca Juga: Mengenal Necrophilia: Gangguan Psikoseksual Langka yang Perlu Dipahami Secara Medis
Risiko dan Batas Kewajaran
Walau terlihat tidak berbahaya, penggunaan empeng secara berlebihan tetap memiliki risiko. Dokter gigi memperingatkan bahwa empeng yang digunakan terus-menerus bisa mengganggu struktur gigi dan menyebabkan nyeri pada rahang.
Selain itu, empeng tidak boleh dijadikan pengganti solusi utama untuk stres atau kecemasan berat. Jika tekanan mental disertai insomnia parah, rasa putus asa, atau gangguan panik, maka bantuan profesional seperti konseling psikologis tetap dibutuhkan.
Dalam dosis ringan, empeng bisa menjadi bentuk terapi relaksasi yang aman. Namun, keseimbangan adalah kunci — empeng sebaiknya digunakan hanya pada momen tertentu ketika seseorang butuh menenangkan diri, bukan sebagai kebiasaan harian yang bergantung secara emosional.
Fenomena empeng dewasa di Tiongkok menunjukkan bahwa stres modern bisa melahirkan bentuk-bentuk baru dari perilaku koping. Meskipun terlihat lucu di permukaan, tren ini menggambarkan kebutuhan manusia akan kenyamanan, keamanan, dan kedamaian di tengah dunia yang semakin cepat dan menuntut.
Selama digunakan dengan bijak, empeng bisa menjadi cara sederhana untuk menenangkan sistem saraf dan membantu seseorang menghadapi stres tanpa obat-obatan. Namun, penting untuk tetap menjaga keseimbangan antara relaksasi fisik dan perawatan mental yang sehat.
Bukan soal kembali menjadi seperti bayi, tetapi soal mengenali bahwa setiap orang — bahkan orang dewasa — sesekali butuh merasa aman dan dirangkul oleh rasa tenang.***