"Namun, hal itu menjadi tidak berlaku kepada seseorang yang narsistik. Bagi mereka, seks berfungsi sebagai alat kekuasaan, kepuasan, kontrol, pertunjukan, dan validasi. Dan pornografi menyediakan semua itu. Film dewasa menjadi materi konsumsi yang dapat diakses sesuai keinginan dan preferensi," jelasnya.
Film porno tidak melibatkan empati, tidak memerlukan kedekatan emosional antara dua orang, dan tidak ada interaksi timbal balik. Film tersebut memiliki dimensi yang "sempit" dan secara visual menonjolkan unsur kontrol dan dominasi.
Baca Juga: Mengenal Kepribadian Plegmatis, Ciri-ciri, Kelebihan, dan Kekurangannya
Tanpa memerlukan pertukaran emosi atau hubungan yang dalam, film dewasa tersebut menyajikan aspek-aspek yang sangat sesuai dengan kebutuhan seseorang yang mengalami gangguan narsistik.
Berdasarkan penilaian dr. Durvasula, inilah alasan mengapa mereka cenderung lebih sering menonton film dewasa dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak mengalami gangguan narsistik.
Tanda Kecanduan Pornografi yang Patut Diwaspadai
Seseorang yang mengalami kecanduan pornografi mungkin menghadapi beberapa tantangan.
Termasuk kesulitan menghentikan konsumsi, keinginan untuk lebih banyak, kehilangan waktu yang berdampak pada produktivitas, penurunan minat seksual yang nyata, ekspektasi seksual yang tidak realistis, dampak, fisik seperti rasa sakit masalah keuangan, gangguan fokus, dan peningkatan kecenderungan untuk menjadi mudah marah.
Baca Juga: Kepribadian Antisosial Berpotensi Menjadi Psikopat
Tanda-tanda ini dapat memengaruhi hubungan dengan pasangan dan kehidupan sehari-hari secara keseluruhan.
Apakah Kebiasaan Tersebut Perlu Diatasi?
Adiksi atau kebiasaan berlebihan menonton film porno dapat menjadi tanda kecenderungan gangguan narsistik yang mengganggu kehidupan pribadi seseorang, terutama dalam hubungan dengan pasangan.
Penanganan dari profesional diperlukan, dengan fokus awal pada mengatasi adiksi pornografi agar individu tidak terus mencari kepuasan dari sumber tersebut.
Setelah itu, gangguan kepribadian dapat diatasi dalam rangkaian pengobatan jangka panjang.***