SURATDOKTER.com - Mungkin sulit dipercaya, tetapi ada kondisi medis yang membuat seseorang tidak bisa bersentuhan dengan air tanpa mengalami reaksi kulit.
Kondisi ini dikenal sebagai aquagenic urticaria, sebuah bentuk alergi yang sangat langka dan sampai hari ini masih menjadi tantangan medis karena mekanismenya belum sepenuhnya dipahami.
Bagi sebagian orang, mandi, berenang, atau bahkan tertetes keringat dapat memicu rasa gatal hebat dan bentol-bentol pada kulit.
Baca Juga: Fibrodysplasia Ossificans Progressiva (FOP): Ketika Jaringan Lunak Berubah Menjadi Tulang
Apa Itu Aquagenic Urticaria?
Aquagenic urticaria merupakan bentuk urtikaria fisik, yaitu kondisi ketika kulit mengeluarkan reaksi alergi setelah terpapar stimulus tertentu.
Pada kasus ini, pemicunya adalah air dalam bentuk apa pun, termasuk air hujan, air laut, keringat, hingga air mata. Kondisi ini tidak berhubungan dengan suhu air, sehingga air panas maupun air dingin dapat menghasilkan gejala yang sama.
Reaksi biasanya muncul dalam hitungan menit setelah kulit terpapar air. Bentuknya berupa bentol kecil yang dikelilingi kemerahan, disertai rasa panas atau gatal. Pada beberapa kasus, kulit tampak seperti melepuh halus, meskipun tidak selalu disertai nyeri.
Gejala yang Umum Muncul
Gambaran gejalanya cukup khas sehingga sering kali membuat penderitanya menyadari bahwa ada sesuatu yang janggal pada tubuhnya. Gejala yang sering dilaporkan antara lain:
- Bentol kecil yang muncul cepat setelah kontak dengan air
- Rasa gatal menusuk yang membuat kulit tidak nyaman
- Sensasi terbakar atau perih seperti terbakar matahari
- Kemerahan yang menyebar pada area yang terpapar
- Pada kasus berat, pembengkakan hingga sesak napas (jarang terjadi)
Karena air sangat sering bersentuhan dengan tubuh manusia, kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sederhana seperti mandi atau berolahraga.
Apa Penyebabnya?
Hingga kini belum ada jawaban pasti mengapa reaksi ini terjadi. Namun, beberapa teori medis mencoba menjelaskan mekanismenya. Salah satunya adalah dugaan bahwa air memicu pelepasan zat kimia tertentu di lapisan kulit, terutama histamin, yang kemudian menimbulkan reaksi alergi.
Teori lain menduga bahwa cairan di permukaan kulit bereaksi dengan komponen alami kulit, lalu menghasilkan zat yang bersifat iritan. Ada juga dugaan peran kelainan genetik, karena beberapa laporan menemukan kondisi ini terjadi pada lebih dari satu anggota keluarga.
Meski penyebab pasti belum jelas, kondisi ini tidak menular dan tidak berbahaya, namun dapat sangat mengganggu kualitas hidup.
Baca Juga: 7 Tanda Awal Penyakit Serius yang Sering Dianggap “Capek Biasa
Bagaimana Cara Mendiagnosisnya?
Diagnosis biasanya dilakukan melalui cerita klinis dan pemeriksaan langsung. Dokter kulit dapat melakukan tes sederhana dengan menempelkan kain atau kapas yang dibasahi pada kulit pasien. Jika muncul bentol dalam beberapa menit, diagnosis aquagenic urticaria semakin menguat.