SURATDOKTER.com - Banyak orang mengira gejala diabetes hanya muncul dalam bentuk haus berlebihan atau sering buang air kecil.
Namun, ada tanda lain yang sering muncul lebih dulu dan membuat banyak orang bingung: nyeri kaki yang terasa seperti terbakar atau panas dari dalam.
Sensasi ini bisa terjadi tiba-tiba atau perlahan, dan sering terasa makin kuat di malam hari. Kondisi ini bukan sekadar pegal biasa, tetapi dapat menjadi sinyal penting dari gangguan saraf akibat peningkatan gula darah.
Baca Juga: Studi Terkini: Pengguna Ganja “4 Kali Lebih Berisiko” Terkena Diabetes Tipe 2
Mengapa Kaki Bisa Terasa Terbakar pada Penderita Diabetes?
Ketika gula darah berada pada level tinggi dalam waktu lama, tubuh mengalami kerusakan pada sistem saraf kecil, terutama yang berada di telapak kaki.
Kondisi ini dikenal sebagai neuropati diabetik. Kerusakan ini tidak terjadi secara mendadak. Saraf perlahan kehilangan kemampuan mengirim sinyal secara normal, sehingga muncullah sensasi yang terasa aneh seperti:
- panas atau terbakar,
- kesemutan berkepanjangan,
- rasa tersengat listrik,
- permukaan kulit terasa sangat sensitif,
- atau malah mati rasa di area tertentu.
Kerusakan saraf ini biasanya dimulai dari ujung kaki karena area tersebut paling jauh dari pusat tubuh, sehingga aliran darah ke sana lebih mudah terganggu.
Perbedaan Nyeri Biasa dan Nyeri Akibat Diabetes
Tidak semua nyeri kaki berarti diabetes. Namun, ada pola khas yang sering terlihat pada penderita neuropati diabetik.
1. Muncul saat istirahat
Rasa terbakar sering terasa lebih kuat ketika tubuh sudah berhenti beraktivitas, misalnya saat tidur.
2. Tidak hilang hanya dengan pijat
Pijat mungkin memberi sedikit kenyamanan, tetapi sensasi panas biasanya muncul kembali.
3. Terasa di kedua kaki
Kerusakan saraf akibat gula darah tinggi sering menyerang kedua sisi secara simetris.
4. Kulit terlihat normal tetapi rasanya sangat sakit
Saraf yang rusak tetap mengirim sinyal nyeri meskipun kulit tidak menunjukkan luka.
Jika pola ini muncul, maka pemeriksaan gula darah menjadi langkah penting.
Baca Juga: Benarkah Penyakit Talasemia Memicu Adanya Diabetes?