SURATDOKTER.com - Stres adalah respons alami tubuh terhadap tekanan atau tantangan yang dihadapi.
Meskipun dalam beberapa situasi stres bisa memberikan manfaat, seperti meningkatkan kinerja, stres jangka panjang dapat berbahaya, terutama bagi kesehatan jantung.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres kronis dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk serangan jantung dan stroke.
Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana stres dapat memengaruhi tubuh, terutama jantung, dan cara mengelola stres dengan baik.
Baca Juga: Pemulihan Penyakit Jantung Tidak Perlu Operasi Besar, Cukup dengan Penggantian Katup
Stres akut atau sementara mungkin membantu seseorang untuk tetap fokus dan memenuhi tenggat waktu yang mendesak. Namun, stres yang berlangsung lama dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi tubuh.
Dr. Ernesto L. Schiffrin, seorang ahli di bidang kesehatan jantung, menjelaskan bahwa stres yang berlangsung lama dapat memengaruhi kesehatan mental, fisik, dan kardiovaskular.
Gejala stres yang berlarut-larut, seperti rasa cemas, depresi, dan gangguan tidur, bukan hanya memengaruhi suasana hati, tetapi juga dapat menimbulkan masalah fisik seperti sakit kepala, otot tegang, dan penurunan energi.
Salah satu risiko terbesar dari stres kronis adalah tekanan darah tinggi. Ketika tubuh berada dalam kondisi stres, kadar hormon seperti adrenalin dan kortisol meningkat, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko serangan jantung.
Selain itu, stres berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang memperburuk kondisi kesehatan jantung.
Penelitian telah menunjukkan bahwa stres kronis berhubungan langsung dengan peningkatan kejadian penyakit jantung. Sebuah studi tahun 2017 di jurnal The Lancet mengungkapkan hubungan antara stres emosional dan penyakit kardiovaskular.
Penelitian tersebut menemukan bahwa aktivitas otak yang terlibat dalam respons stres dapat memicu peradangan pada pembuluh darah, yang berpotensi meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung.
Selain itu, stres yang berlebihan juga dapat memicu pembekuan darah. Peningkatan kadar hormon seperti adrenalin dapat menyebabkan darah menjadi lebih kental dan mudah menggumpal.