Untuk menangani kondisi ini, metode non-operatif seperti metode Ponseti biasanya menjadi pilihan utama.
Metode ini melibatkan pemasangan gips secara berkala sejak minggu pertama pasca kelahiran, diikuti dengan penggunaan sepatu khusus yang berfungsi untuk mempertahankan posisi kaki pasca koreksi.
Setiap minggu, kaki bayi akan direposisi secara perlahan dan kemudian ditempelkan gips untuk mempertahankan koreksi tersebut. Proses ini biasanya berlangsung selama 5-6 minggu, tergantung pada tingkat keparahan kelainan.
Setelah tahap koreksi melalui gips, anak akan mengenakan sepatu khusus yang dihubungkan dengan batang besi, dikenal sebagai sepatu Dennis-Brown.
Baca Juga: Israel - Hamas Setuju Jeda Perang 3 Hari untuk Pemberian Vaksin Polio Bagi Anak-Anak di Gaza
Sepatu ini digunakan untuk mencegah relaps atau kembalinya kondisi kaki ke posisi abnormal.
Penggunaan sepatu ini sangat penting dan harus dilakukan selama beberapa bulan secara intensif, kemudian berlanjut selama beberapa tahun dengan pengurangan durasi pemakaian.
Pada beberapa kasus yang lebih parah, atau jika metode non-operatif tidak memberikan hasil yang diinginkan, tindakan operasi mungkin diperlukan.
Operasi biasanya dilakukan untuk memperbaiki struktur otot, tendon, dan ligamen yang terlibat, sehingga kaki bisa berada dalam posisi yang lebih normal.
Pasca operasi, terapi fisik dan penggunaan sepatu khusus tetap diperlukan untuk memastikan kaki bayi tumbuh dengan benar.
Tindak Pencegahan
Hingga saat ini, belum ada metode pasti untuk mencegah CTEV karena penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami.
Baca Juga: Mengenal Lima Tipe Kepribadian Dalam Teori the Big 5 Personality: Kamu yang Mana?
Namun, beberapa langkah pencegahan dapat diambil selama kehamilan untuk meminimalkan risiko terjadinya kelainan bawaan ini.
Salah satu yang dianjurkan oleh para ahli adalah asupan asam folat yang cukup sebelum dan selama kehamilan.
Asam folat telah terbukti membantu mencegah berbagai cacat lahir, termasuk kelainan pada perkembangan tulang dan saraf.