Gangguan ini dikenal dalam beberapa kasus sebagai sindrom Rapunzel, di mana seseorang secara tidak sadar atau tidak bisa mengontrol keinginan untuk memakan rambutnya sendiri.
Sindrom Rapunzel adalah kondisi yang terjadi ketika seorang individu mengalami trichobezoar, yaitu gumpalan besar rambut yang tersangkut di perut dan bisa memanjang hingga usus halus.
Istilah "Rapunzel" diambil dari dongeng tentang gadis dengan rambut panjang yang sangat terkenal.
Kondisi ini pertama kali dideskripsikan pada tahun 1968 dan lebih sering terjadi pada wanita, terutama di kalangan anak-anak, remaja, dan wanita muda di bawah 30 tahun.
Kondisi ini sering terkait dengan trichotillomania, dorongan untuk mencabut rambut dari kulit kepala.
Rambut yang tertelan sulit dicerna oleh lambung karena permukaannya yang halus dan panjangnya yang tidak memungkinkan pergerakan yang lancar melalui saluran pencernaan.
Baca Juga: Jangan Biasakan Menahan Bersin, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan!
Gejala sindrom Rapunzel bervariasi mulai dari sakit perut, kembung, perasaan kenyang, mual, hingga penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
Gejala lainnya meliputi masalah kesehatan mental seperti anoreksia nervosa, depresi, dan gangguan obsesif kompulsif.
Diagnosis dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti sinar-X, USG, CT scan, atau pemeriksaan endoskopi untuk melihat secara langsung gumpalan rambut di dalam perut.
Sementara itu, pengobatan sindrom Rapunzel sering melibatkan prosedur bedah, tergantung pada ukuran dan lokasi trichobezoar.
Laparotomi adalah prosedur yang melibatkan sayatan besar di perut untuk mengangkat gumpalan rambut, sementara laparoskopi menggunakan sayatan kecil dengan masa pemulihan yang lebih cepat.
Terapi perilaku kognitif dan konseling psikologis juga penting untuk membantu mengatasi masalah mental yang mendasari seperti trichophagia.
Sindrom Rapunzel walaupun jarang terjadi namun penting untuk diketahui karena dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan mematikan jika tidak diobati.
Semakin dini kondisi ini terdeteksi, semakin baik prognosisnya untuk kesehatan fisik dan mental individu yang terkena. ***