SURATDOKTER.com - Sebuah akun instagram dengan pengguna @doctormyro memposting kasus dimana ada seorang pria berkata, "Aku hampir meninggal hari ini karena sindrom patah hati. Rasa sakitnya sungguh tidak terganggu. Patah hati sangat NYATA, tidak pernah merasakan sakit yang seperti ini seumur hidup kehidupan!"
Dokter Myro bereaksi terhadap video tersebut bahwa sindrom patah hati memang benar-benar hal yang nyata, dan hal seperti ini juga sering disebut takotsubo cardiomyopathy.
Baca Juga: Jatuh Cinta Bisa Bikini Alay? Yuk Cek Faktanya!
Hal ini juga bisa terjadi ketika mengalami suatu kegiatan yang luar biasa atau stres secara emosional, seperti kematian dari orang yang tersayang dapat menyebabkan tersimpannya adrenalin dan hormon lainnya yang sangat besar yang menyebabkan jantung berdetak sangat kencang, perlahan melemah hingga bahkan menimbulkan potensi jantung terhenti.
Apa Itu Sindrom Patah Hati?
Sindrom patah hati (broken heart syndrome) adalah suatu kondisi jantung yang sering kali disebabkan oleh situasi stres atau emosi yang ekstrim. Namun kondisi ini juga bisa dipicu oleh penyakit fisik atau gangguan yang serius.
Umumnya sindrom patah hati ini hanya bersifat sementara, namun beberapa orang akan merasa tidak enak badan setelah jantungnya pulih.
Orang yang mengalami sindrom patah hati akan merasakan sakit di dada atau bahkan terasa seperti sakit jantung. Namun sindrom patah hati biasanya hanya mempengaruhi sebagian jantung, tepatnya sindrom ini mengganggu cara jantung memompa darah namun selebihnya jantung tetap bekerja seperti normalnya.
Sindrom patah hati juga membuat jantung berkontransi lebih kuat.
Baca Juga: Mengapa Sering Terjadi Serangan Jantung Pagi Hari? Berikut Alasan dan Pertolongan Pertamanya ?
Sindrom patah hati juga biasanya disebut:
- stres kardiomiopati,
- Kardiomiopati takotsubo,
- Kardiomiopati takotsubo berulang
- Sindrom balon apikal.
Adapun yang dirasakan penderita patah hati biasanya seperti nyeri dada, dan sesak nafas. Penyebab pasti dari sindrom patah hati ini masih belum jelas, namun penambahan hormon stres seperti adrenalin dapat merusak jantung dalam waktu singkat.
Sementara hormon-hormon ini dapat membahayakan jantung ataupun mungkin ada efek lainnya masih belum diketahui dengan jelas.
Adanya tekanan sementara pada arteri besar atau kecil di jantung dapat berkontribusi dalam sindrom patah hati. Orang yang mengalami sindrom patah hati juga mungkin mengalami perubahan pada struktur otot jantungnya.