Beberapa faktor yang dapat memicu henti jantung antara lain:
1. Kelelahan ekstrem fisik atau dehidrasi, terutama saat aktivitas intensif di lingkungan panas.
2. Gangguan elektrolit, seperti ketidakseimbangan kalium atau natrium dalam tubuh.
3. Kelainan irama jantung (aritmia) yang sebelumnya tidak terdeteksi.
4. Stres berat atau tekanan mental, yang dapat memicu lonjakan hormon adrenalin berlebih.
5. Kondisi kesehatan tersembunyi, seperti hipertrofi otot jantung atau kelainan bawaan.
Dalam konteks pelatihan semi-militer seperti Diksarmendispra, kombinasi aktivitas fisik berat, tekanan psikologis, dan faktor lingkungan bisa memperbesar risiko jika tidak diimbangi pengawasan medis ketat.
Pentingnya Skrining dan Pemantauan Kesehatan di Lembaga Pendidikan
Kasus Maulana menjadi pengingat pentingnya skrining kesehatan komprehensif bagi setiap peserta pelatihan fisik intensif.
Tes kesehatan pra-diklat seharusnya tidak hanya menilai kebugaran umum, tetapi juga mendeteksi kelainan jantung tersembunyi melalui pemeriksaan EKG, echocardiogram, dan uji stres fisik terkendali.
Baca Juga: 3 Resep Masakan Lezat Rendah Sodium untuk Jaga Tekanan Darah dan Kesehatan Jantung
Selain itu, lembaga pendidikan berkarakter semi-militer perlu memastikan adanya protokol kesehatan darurat di lapangan — termasuk ketersediaan defibrillator (AED), tenaga medis siaga, serta sistem pelaporan cepat ketika peserta menunjukkan gejala tidak normal.
Langkah ini penting agar kejadian serupa dapat dicegah, mengingat kematian akibat henti jantung mendadak sering kali terjadi tanpa tanda awal yang jelas.
Evaluasi Sistem dan Aspek Psikologis
Pemerintah melalui Menteri Sekretaris Negara juga menyoroti perlunya evaluasi tradisi pembinaan di lembaga kedisiplinan seperti IPDN.
Pola pelatihan yang keras dan menekan secara mental dinilai perlu disesuaikan agar tetap manusiawi, tanpa mengurangi nilai disiplin dan tanggung jawab.
Kesehatan mental peserta juga tidak boleh diabaikan. Tekanan tinggi, rasa takut gagal, dan adaptasi lingkungan baru bisa menjadi stresor yang berkontribusi terhadap gangguan jantung pada individu rentan.