Kepala BGN, Dadan Hindayana, mengaku telah meninjau langsung dapur MBG di Bandung Barat. Ia menyebut fasilitas dapur sebenarnya dalam kondisi baik, namun keteledoran kecil bisa berakibat fatal, terutama jika menyangkut penyimpanan bahan dan waktu distribusi makanan yang terlalu lama.
Pihak BGN kini menyerukan agar setiap daerah meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi keracunan serupa. Menurut Dadan, pemerintah daerah harus memastikan ketersediaan tenaga medis, obat-obatan, dan sarana penanganan cepat di wilayah rawan.
Selain itu, BGN mulai melakukan audit internal dan evaluasi total terhadap seluruh dapur penyedia MBG di Indonesia. Langkah ini meliputi pemeriksaan higienitas peralatan, sertifikasi sanitasi dapur, serta pelatihan ulang juru masak dan petugas distribusi makanan.
Meskipun gelombang kasus masih terjadi, program MBG tidak akan dihentikan.
BGN menegaskan bahwa fokus pemerintah saat ini adalah menemukan penyebab utama insiden dan memperbaiki sistem manajemen pangan secara menyeluruh.
Baca Juga: Desakan Hentikan Program MBG Meningkat, tapi Pemerintah Pilih Jalan Evaluasi Total
Komitmen Pemerintah: Program Tetap Berjalan, Standar Diperketat
Di tengah kritik publik, BGN menegaskan bahwa MBG tetap menjadi program strategis nasional untuk peningkatan gizi anak Indonesia. Namun, pelaksanaan di lapangan harus diperbaiki agar sejalan dengan standar keamanan pangan dan kesehatan masyarakat.
Program ini dirancang untuk menjawab realitas masih tingginya angka malnutrisi dan stunting, terutama di wilayah terpencil. Karena itu, penghentian total program dinilai bukan solusi, melainkan penguatan sistem pengawasan dan keterlibatan aktif Puskesmas, dinas kesehatan, serta lembaga pendidikan.
Permintaan maaf terbuka dari Nanik S. Deyang menjadi simbol kejujuran lembaga dalam menghadapi krisis. Namun, publik kini menunggu bukti nyata: bahwa perbaikan sistem MBG tidak sekadar janji, tetapi langkah konkret untuk melindungi generasi penerus bangsa.***